Serangkaian rilis data yang lemah di Eropa dan Amerika Serikat tidak mencegah bank-bank sentral menggandakan retorika hawkish. Kemungkinan lebih besar nanti pada Rabu waktu setempat ketika kepala Bank Sentral Eropa, Federal Reserve AS dan Bank Sentral Inggris berbicara di forum bank sentral.
Data pada Selasa (28/6/2022) menunjukkan kepercayaan konsumen AS turun ke level terendah 16-bulan pada Juni, namun beberapa pembuat kebijakan Fed menjanjikan kenaikan suku bunga lebih lanjut, mengutip kebutuhan untuk menjinakkan inflasi "tak terkendali".
Angka-angka AS tersebut, mengikuti serangkaian data kepercayaan konsumen yang suram di seluruh Eropa, memicu penurunan tajam Wall Street, mengirim indeks S&P 500 dan Nasdaq masing-masing merosot 2,0 persen dan 3,0 persen.
Momentum yang lebih lemah itu terbawa hingga Rabu, mengirim indeks Asia-Pasifik MSCI di luar Jepang jatuh 1,4 persen, sementara indeks ekuitas pan-Eropa turun 0,3 persen, menghentikan reli tiga hari.
Imbal hasil obligasi 10-tahun AS dan Jerman tergelincir 5-6 basis poin, yang sebelumnya turun lebih dari 30 basis poin dari tertinggi pertengahan Juni.
Penurunan sentimen konsumen jelas menunjukkan resesi, Citi mengatakan kepada klien.
Setelah angka inflasi tahunan 7,5 persen-7,9 persen di seluruh provinsi Jerman, angka Juni 8,0 persen diperkirakan untuk negara itu dibandingkan 7,9 persen pada Mei.
Paul O'Connor, kepala tim multi-aset Janus Henderson di London, memperkirakan pasar "berbadai" selama tanda tanya pertumbuhan-inflasi bertahan.
"Masalahnya adalah tingkat inflasi sangat bermasalah di banyak bagian dunia dan kami masih jauh dari bank sentral untuk dapat menyatakan pekerjaan telah selesai," kata O'Connor.
"Kami pasti akan mendapatkan penurunan pertumbuhan selama musim panas tetapi kami juga akan mendapatkan persepsi yang meningkat tentang risiko resesi dan saya tidak berpikir pasar sepenuhnya memperkirakan itu."
Sentimen telah terangkat pada Selasa pagi (28/6/2022) di tengah berita bahwa China melonggarkan persyaratan karantina untuk penumpang yang masuk dalam pelonggaran besar strategi "nol COVID".
Sementara bagian dari pasar saham China, termasuk properti, memperpanjang kenaikan pada Rabu, dampak positif dari berita tersebut sebagian besar mereda - saham-saham unggulan China, yang mencapai tertinggi empat bulan pada Selasa (28/6/2022), merosot 1,5 persen dan Hong Kong kehilangan 2,0 persen.
"Tak pelak, pasar cenderung bereaksi berlebihan terhadap berita semacam ini," kata Carlos Casanova, ekonom senior di UBP di Hong Kong.
Kekhawatiran inflasi telah dihembuskan lebih jauh oleh kenaikan harga minyak selama tiga hari berturut-turut yang telah membawa minyak mentah Brent berjangka di atas 117 dolar AS per barel.
"Pasar terjebak dalam tarik-menarik antara latar belakang makro yang memburuk saat ini dan ancaman resesi yang menjulang, diadu dengan pengaturan fundamental pasar minyak terkuat dalam beberapa dekade, mungkin pernah," kata Mike Tran dari RBC Capital kepada klien.
Kelompok pengekspor minyak mentah OPEC+ memulai pertemuan dua hari pada Rabu tetapi perubahan kebijakan besar tampaknya tidak mungkin, dengan Menteri Energi Uni Emirat Arab Suhail al-Mazrouei telah mengindikasikan negaranya memompa mendekati kapasitas.
Kegelisahan pasar mendorong tawaran baru untuk dolar, mengangkatnya ke level tertinggi satu minggu terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya.
Euro turun 0,6 persen terhadap greenback semalam, tetapi datar pada pukiul 08.30 GMT di 1,0514 dolar sementara yen di 136,13 per dolar tidak jauh dari level terendah 24 tahun minggu lalu di 136,7.
Baca juga: Wall St melemah dipicu kekhawatiran resesi, Dow jatuh hampir 500 poin
Baca juga: Kenaikan 4 hari saham China terhenti, indeks Shanghai jatuh 1,4 persen
Baca juga: Harga minyak turun di perdagangan Asia setelah naik tiga hari
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022