upaya yang sangat baik untuk kita melakukan transformasi kesehatan
Kementerian Kesehatan menilai bahwa program telementoring Extension for Community Health Outcomes (ECHO) dapat menjadi salah satu upaya preventif dan promotif bidang kesehatan, seperti penyakit kanker di Indonesia.
"Adanya pengembangan telementoring melalui ECHO adalah suatu upaya yang sangat baik untuk kita melakukan transformasi kesehatan," ujar Direktur Jenderal Tenaga Kesehatan, Kemenkes Arianti Anaya dalam diskusi daring "Mencapai Luaran Pelayanan Kanker Nasional: Best Practice dan Peta Jalan untuk Telementoring ECHO" yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Ia mengatakan meningkatnya jumlah prevalensi kanker di Indonesia dan mempertimbangkan ketersediaan fasilitas kesehatan dan ketersediaan tenaga kesehatan maka pemerintah perlu melakukan kolaborasi aktif antara pemerintah, publik dan swasta dalam upaya melakukan program pencegahan deteksi dini dan pengobatan bagi para pasien kanker.
Ia mengapresiasi inisiatif dan kolaborasi Pusat Kanker Nasional RS Kanker Dharmais dan Roche Indonesia selama menjalankan Project ECHO di Indonesia.
Baca juga: Telementoring ECHO diperluas demi tingkatkan tata laksana kanker anak
Baca juga: YKPI luncurkan telementoring ECHO tingkatkan deteksi dini kanker
Seiring berjalannya program ini, Arianti mengharapkan ada lebih banyak lagi tenaga kesehatan dan rumah sakit yang turut berpartisipasi dan mengadopsi program telementoring ECHO untuk penanganan kanker.
"Dan semoga ke depannya dapat berkembang juga untuk penyakit lainnya," ucapnya.
Disampaikan, jumlah dokter spesialis penyakit hematologi-onkologi medik di Indonesia hanya berjumlah 188 orang, dan spesialis bedah onkologi hanya berjumlah 202 orang.
Angka ini, jauh di bawah kebutuhan masyarakat Indonesia untuk penanganan kanker, yaitu sekitar 0,07 dari 100 ribu penduduk.
Jumlah itu masih tergolong sangat rendah dibandingkan dengan jumlah yang direkomendasikan oleh UK Royal College of Physician, yaitu sebesar 1,42 untuk tiap 100 ribu penduduk.
Baca juga: Penanganan kanker perlu kolaborasi komprehensif
Seiring berjalannya program ini, Arianti mengharapkan ada lebih banyak lagi tenaga kesehatan dan rumah sakit yang turut berpartisipasi dan mengadopsi program telementoring ECHO untuk penanganan kanker.
"Dan semoga ke depannya dapat berkembang juga untuk penyakit lainnya," ucapnya.
Disampaikan, jumlah dokter spesialis penyakit hematologi-onkologi medik di Indonesia hanya berjumlah 188 orang, dan spesialis bedah onkologi hanya berjumlah 202 orang.
Angka ini, jauh di bawah kebutuhan masyarakat Indonesia untuk penanganan kanker, yaitu sekitar 0,07 dari 100 ribu penduduk.
Jumlah itu masih tergolong sangat rendah dibandingkan dengan jumlah yang direkomendasikan oleh UK Royal College of Physician, yaitu sebesar 1,42 untuk tiap 100 ribu penduduk.
Baca juga: Penanganan kanker perlu kolaborasi komprehensif
Baca juga: "Telementoring ECHO" solusi tingkatkan pelayanan kanker di daerah
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama RS Kanker Dharmais, R. Soeko Werdi Nindito mengatakan program telementoring ECHO dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam melayani pasien kanker di fasilitas kesehatan.
Pada praktiknya, lanjut dia, tim ahli akan memberikan pendampingan klinis secara virtual, meningkatkan kapasitas bagi penyedia layanan kesehatan agar dapat melakukan penanganan terbaik bagi masyarakat yang belum terlayani di wilayahnya.
Dengan demikian, menurutnya, pasien kanker yang berada pada wilayah dengan akses terbatas tetap bisa mendapatkan pertolongan atau perawatan pertama.
Sejak diluncurkan tujuh bulan lalu, disampaikan, beberapa program berhasil dijalankan dengan menggunakan metode telementoring ECHO, di antaranya ECHO kanker payudara serta ECHO kanker anak (acute leukimia), dengan pendekatan diagnosis Multi Disciplinary Team (MDT).
Dan, ECHO deteksi dini kanker payudara, sebuah proyek percontohan di Kabupaten Tangerang yang merupakan kolaborasi antara Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) dan Komunitas Peduli Kanker Payudara (KPKP).
Baca juga: Imunoterapi tingkatkan angka harapan hidup pasien kanker
Dalam kesempatan sama, Direktur Utama RS Kanker Dharmais, R. Soeko Werdi Nindito mengatakan program telementoring ECHO dapat digunakan sebagai alat untuk meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam melayani pasien kanker di fasilitas kesehatan.
Pada praktiknya, lanjut dia, tim ahli akan memberikan pendampingan klinis secara virtual, meningkatkan kapasitas bagi penyedia layanan kesehatan agar dapat melakukan penanganan terbaik bagi masyarakat yang belum terlayani di wilayahnya.
Dengan demikian, menurutnya, pasien kanker yang berada pada wilayah dengan akses terbatas tetap bisa mendapatkan pertolongan atau perawatan pertama.
Sejak diluncurkan tujuh bulan lalu, disampaikan, beberapa program berhasil dijalankan dengan menggunakan metode telementoring ECHO, di antaranya ECHO kanker payudara serta ECHO kanker anak (acute leukimia), dengan pendekatan diagnosis Multi Disciplinary Team (MDT).
Dan, ECHO deteksi dini kanker payudara, sebuah proyek percontohan di Kabupaten Tangerang yang merupakan kolaborasi antara Yayasan Kanker Payudara Indonesia (YKPI) dan Komunitas Peduli Kanker Payudara (KPKP).
Baca juga: Imunoterapi tingkatkan angka harapan hidup pasien kanker
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022