"Keramahtamahan teologi Buya Syafii itu dirindukan oleh bangsa Indonesia, tidak hanya pada orang besar, tetapi juga wong cilik," kata Amin dalam acara Syafii Maarif Memorial Lecture: Pancasila dalam Tindakan bertajuk "Mengenang Buya Syafii Maarif, Guru Kemanusiaan Penjaga Panggung Kebinekaan", seperti dipantau melalui kanal YouTube MAARIF Institute di Jakarta, Selasa.
Dia menjelaskan, dengan keberagaman yang dimiliki bangsa Indonesia, Buya Syafii memiliki lingkup pergaulan luas dan senantiasa menghadapi semua orang dengan hangat dan teduh tanpa mempersoalkan perbedaan agama.
Dalam kesempatan yang sama, dia menambahkan Buya Syafii merupakan sosok humanis dan selalu memperjuangkan persatuan serta kesatuan bangsa Indonesia di tengah segala perbedaan, terutama perbedaan agama. Bahkan, saat kesehatan Buya Syafii mulai menurun, mereka masih sering berdiskusi melalui aplikasi Zoom Meeting.
Mantan Ketua Umum Pengurus Pusat Muhammadiyah itu, katanya, memiliki ide untuk memperhatikan kapasitas dan kapabilitas para guru madrasah dalam memahami orang lain, yakni dalam arti non-muslim.
Baca juga: Buya Syafii sang perekat keutuhan bangsa
Setelah mendengar ide tersebut, Amin, yang juga merupakan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan rekan-rekannya mulai melatih para guru madrasah. Sampai saat ini, dia menyebut hampir 3.000 guru madrasah telah dilatih sebagaimana harapan Buya Syafii.
Sebelum Buya Syafii menutup usia pada 27 Mei 2022, Amin mengatakan Buya Syafii berpesan kepada Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah untuk selalu menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa serta umat Islam.
"Ini pesan kepada NU dan Muhammadiyah di akhir hayatnya, jaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa, jaga keutuhan umat Islam, dan jaga keutuhan Muhammadiyah. Itu dia pesan-pesan beliau," ujarnya.
Baca juga: BPIP ajak bangsa Indonesia kembalikan agama sebagai hal membahagiakan
Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022