• Beranda
  • Berita
  • Minyak Brent di atas 100 dolar di tengah ketakutan resesi dan pasokan

Minyak Brent di atas 100 dolar di tengah ketakutan resesi dan pasokan

7 Juli 2022 16:13 WIB
Minyak Brent di atas 100 dolar di tengah ketakutan resesi dan pasokan
Ilustrasi - Pengunjung datang ke rig Petrobas lepas pantai di Santos, Brazil . ANTARA/REUTERS/Pilar Olivares/pri.

Kekhawatiran resesi terus meningkat dan itu jelas meningkatkan beberapa kekhawatiran untuk prospek permintaan

Harga minyak mendapatkan kembali beberapa pijakan di perdagangan Asia pada Kamis sore, setelah kerugian tajam dalam dua sesi sebelumnya karena investor mengembalikan fokus mereka ke pasokan yang ketat bahkan ketika kekhawatiran resesi global berlanjut.

Harga minyak mentah berjangka Brent menguat 16 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 100,85 dolar AS per barel pada pukul 06.37 GMT. Minyak mentah berjangka WTI naik 18 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 98,71 dolar AS per barel.

Harga minyak berayun antara kerugian sekitar dua dolar AS dan keuntungan hampir satu dolar AS di sesi yang bergejolak.

"Kekhawatiran resesi terus meningkat dan itu jelas meningkatkan beberapa kekhawatiran untuk prospek permintaan," kata Kepala Penelitian Komoditas ING, Warren Patterson.

"Namun, fundamental yang mendukung berarti penurunan lebih lanjut relatif terbatas."

Dia menambahkan sulit untuk terlalu bearish pada harga minyak karena spread bulanan Brent tetap dalam backwardation (harga berjangka lebih rendah dari harga spot) yang lebar, menunjukkan pasokan yang ketat.

Juga, "pembicaraan nuklir Iran baru-baru ini tampaknya tidak mencapai banyak hal," kata Patterson.

Washington memperketat sanksi terhadap Iran pada Rabu (6/7/2022), menekan Teheran karena berusaha untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.

Baca juga: AS ekspor cadangan minyaknya di tengah harga bensin tetap tinggi

Consultancy Eurasia Group mengurangi kemungkinan kesepakatan antara Amerika Serikat dan Iran tahun ini menjadi 35 persen dari 40 persen, dengan mengatakan Teheran "kemungkinan ambivalen" tentang kesepakatan.

Dalam beberapa minggu terakhir harga minyak telah turun bersama komoditas lain seperti logam dan minyak sawit karena bank-bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga untuk memerangi lonjakan inflasi, mengipasi kekhawatiran perlambatan ekonomi yang tajam, dan pukulan terhadap permintaan komoditas.

Harga minyak Brent dan WTI ditutup di level terendah sejak 11 April pada Rabu (6/7/2022) . Penurunan mengikuti kejatuhan dramatis pada Selasa (5/7/2022) meskipun pasokan global ketat. WTI jatuh 8,0 persen, sementara Brent jatuh 9,0 persen - penurunan 10,73 dolar AS yang merupakan terbesar ketiga untuk kontrak sejak mulai diperdagangkan pada 1988.

Konsultan FGE masih memperkirakan permintaan akan tumbuh sekitar 2 juta barel per hari hingga akhir 2023 karena perlambatan ekonomi yang membayangi sebagian diimbangi oleh pemulihan mobilitas yang berkelanjutan.

"Jika perkiraan resesi tidak parah, harga minyak mentah akan tetap di kisaran 100 dolar AS per barel untuk 2-3 tahun ke depan," kata Fereidun Fesharaki dari FGE.

Pedagang mengawasi kemungkinan gangguan pasokan minyak di Caspian Pipeline Consortium (CPC), yang telah diberitahu oleh pengadilan Rusia untuk menangguhkan aktivitas selama 30 hari. Ekspor di CPC, yang menangani sekitar 1,0 persen dari pasokan minyak global, masih mengalir hingga Rabu pagi (6/7/2022).

Selain itu investor sedang menunggu data pemerintah AS yang akan dirilis pada Kamis yang akan menjelaskan keadaan persediaan minyak dan bahan bakar domestik.

Data industri pada Rabu (6/7/2022) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik sekitar 3,8 juta barel pekan lalu, menurut sumber pasar. Persediaan bensin turun 1,8 juta barel, sementara stok sulingan turun sekitar 635.000 barel.

Baca juga: Harga minyak anjlok, terseret meningkatnya kekhawatiran resesi global


 

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022