"Kita meninjau bangunan termal insinerator. Bagaimana memusnahkan sampah menjadi abu dalam rangka mengatasi timbulan sampah supaya residu hampir zero persen," kata Wakil Menteri KLHK Alue Dohong dalam kunjungannya ke TPA Warloka di Labuan Bajo, Jumat.
Sebagai destinasi pariwisata super prioritas (DPSP), Labuan Bajo mendapatkan prioritas penanganan sampah dengan terbangunnya termal insinerator itu. Dia mengatakan sampah akan merusak pemandangan wisata dan menyebabkan wisatawan tidak akan berkunjung ke Labuan Bajo.
Di sela-sela kunjungannya, dia mengatakan bahwa produksi sampah masyarakat di Labuan Bajo mencapai 13 ton per hari. Melalui kekuatan mesin yang ada, maka sampah 13 ton itu bisa diubah menjadi residu 10 persen dengan lama operasi 13 jam secara penuh. Dengan residu 10 persen, maka butuh waktu 160 tahun baru TPA Warloka dipenuhi sampah.
Baca juga: LIPI kembangkan teknologi insinerator olah sampah medis skala kecil
Dohong menilai termal insinerator pada TPA Warloka harus digunakan untuk menjaga dan mengurangi timbulan sampah supaya tidak bocor ke lingkungan, sampah tidak menumpuk di TPA, dan sampah tidak masuk ke laut.
"Labuan Bajo ini pulau-pulau. Harapan kita sampah tidak terbuang ke laut," ucap dia.
Dia mengakui adanya tantangan biaya operasional untuk pengoptimalan alat tersebut. Namun, apabila alat telah diserahterimakan, dia berharap pemerintah daerah bisa menganggarkan dana untuk biaya operasional.
Kini, biaya komponen termahal berasal dari listrik. Karena masih menggunakan generator set, maka biaya besar terletak pada pemakaian solar. Dia berujar, jika listrik PLN bisa masuk ke lokasi itu, biaya operasional bisa berkurang hingga 30 persen.
Dia pun berharap serah terima bangunan tersebut bisa terlaksana sesegera mungkin karena konstruksi bangunan telah mencapai 100 persen dan tengah dilakukan trial out mesin.
"Ini DPSP. Jadi memang harus konsen kita menangani sampah," kata dia menegaskan.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Perumahan, Kawasan Permukiman, dan Pertanahan Kabupaten Manggarai Barat Sebastianus Wantung mengatakan alat itu merupakan alat teknologi tinggi untuk mengolah sampah dengan cara dibakar dengan hasil pembakaran berupa abu.
Pemerintah daerah pun akan berupaya untuk mengoptimalkan bangunan tersebut, termasuk menyesuaikan kondisi keuangan daerah untuk biaya operasional.
"Kami miliki 13 armada layak operasi yang setiap hari mengangkut sampah, penuh," kata dia optimis.
Pemerintah daerah pun siap untuk mengoptimalkan dukungan yang telah diberikan oleh pemerintah pusat guna menjaga kelancaran aktivitas pariwisata di Labuan Bajo.
Baca juga: Tingkatkan Pengolahan Limbah B3, PPLI Hadirkan Insinerator Terbesar di Indonesia
Pewarta: Fransiska Mariana Nuka
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022