"Perlu adanya perhatian seluruh pihak untuk mendiskusikan dan memberikan proses pembelajaran yang terbaik bagi anak-anak kita, baik pada saat pandemi maupun pascapandemi," ujar dia dalam webinar Rangkaian Hari Anak Nasional 2022 bertajuk "Merajut Resiliensi di Masa Daring dan Interaksi Antar Pelajar dan Pengajar" d Jakarta, Jumat.
Selain itu, perlu adaptasi yang cepat bagi guru, murid, maupun orang tua terkait dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi.
Erni menerangkan pada awal 2022, Kemendikbudristek telah memberlakukan kebijakan pembelajaran tatap muka dengan tetap mematuhi protokol kesehatan.
Baca juga: Kemendikbudristek sebut pandemi perparah krisis pembelajaran
Pihaknya menilai kebijakan ini harus diimbangi dengan resiliensi dalam mengikuti transisi pembelajaran secara daring menjadi tatap muka.
“Kami melihat keputusan ini disambut baik oleh murid dan guru karena bisa bertemu dan bersosialisasi sebagaimana yang kita inginkan selama ini,” kata dia.
Menurut dia, selain hak atas pendidikan, pemerintah juga harus memenuhi hak atas partisipasi anak dalam menyelesaikan berbagai isu yang ada, salah satunya perubahan proses belajar mengajar menjadi tatap muka.
"Hal ini disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014, yaitu pemerintah dan pemda wajib mengupayakan dan membantu agar anak dapat berpartisipasi dan bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai hati nurani dan agamanya," ujar Erni.
Baca juga: Guru melek literasi digital mudah lahirkan inovasi dalam pembelajaran
Baca juga: Kemendikbudristek: PTM dilakukan dengan hati-hati
Pewarta: Anita Permata Dewi
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022