• Beranda
  • Berita
  • Menlu AS, China adakan pembicaraan pertama sejak Oktober 2021

Menlu AS, China adakan pembicaraan pertama sejak Oktober 2021

9 Juli 2022 12:01 WIB
Menlu AS, China adakan pembicaraan pertama sejak Oktober 2021
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony John Blinken (tengah) bersama Menteri Luar Negeri China Wang Yi (kiri), Menteri Luar Negeri Kanada Melanie Joly (kedua kiri), Menlu Brazil Carlos Alberto Franco (kedua kanan) dan Menlu Jerman Annalena Baerbock menghadiri pembukaan Pertemuan Menteri Luar Negeri G20 di Nusa Dua, Bali, Jumat (8/7/2022). ANTARA FOTO/POOL/Sigid Kurniawan/rwa.

Kami sangat menantikan percakapan yang produktif dan konstruktif,

Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dan Menlu China Wang Yi bertemu pada Sabtu untuk pembicaraan langsung pertama mereka sejak Oktober 2021.

Pembicaraan antara menlu kedua negara itu dilaksanakan setelah menghadiri pertemuan para menlu kelompok 20 ekonomi besar dunia (G20), di mana Menlu AS memimpin upaya untuk menekan Rusia atas perang di Ukraina.

Para pejabat AS mengatakan pertemuan Blinken dengan Wang di Bali, Indonesia, termasuk sesi pembicaraan pagi dan makan siang bisnis, yang bertujuan untuk menjaga hubungan AS yang sulit dengan China tetap stabil. Pertemuan itu juga untuk mencegah AS dan China secara tidak sengaja masuk ke dalam konflik.

"Tidak ada pengganti untuk diplomasi tatap muka, dan dalam hubungan yang kompleks dan konsekuensial seperti hubungan antara Amerika Serikat dan China, ada banyak hal yang harus dibicarakan," kata Blinken kepada wartawan pada awal pertemuan.

Baca juga: Pejabat senior China, AS gelar pembicaraan via video bahas isu ekonomi

"Kami sangat menantikan percakapan yang produktif dan konstruktif," ujarnya.

Blinken diperkirakan akan mengulangi peringatan kepada China untuk tidak mendukung perang Rusia di Ukraina dan kedua belah pihak akan membahas isu-isu kontroversial yang mencakup Taiwan, klaim luas China di Laut China Selatan, perluasan pengaruh China di Pasifik, isu hak asasi manusia, dan tarif perdagangan.

Namun, kedua belah pihak memiliki minat yang sama untuk menjaga hubungan tetap stabil.

Blinken serta para pejabat AS mengatakan Presiden Joe Biden dan Presiden Xi Jinping diperkirakan akan kembali mengadakan pembicaraan dalam beberapa pekan mendatang, dan rencana pembicaraan kedua presiden kemungkinan akan dibahas dalam pertemuan antara Blinken dan Wang pada Sabtu.

"China dan Amerika Serikat adalah dua negara besar, jadi kedua negara perlu menjaga komunikasi normal," kata Wang kepada wartawan.

"Pada saat yang sama, kami perlu berdiskusi bersama untuk memastikan bahwa hubungan ini akan terus bergerak maju di jalur yang benar," ujar Wang.

Daniel Russel, diplomat utama AS, mengatakan dia yakin tujuan utama pertemuan Blinken dan Wang adalah untuk menjajaki kemungkinan pertemuan langsung antara Biden dan Xi.

Russel adalah diplomat tinggi AS untuk kawasan Asia Timur yang menjabat di bawah pemerintahan mantan Presiden Barack Obama yang memiliki kontak dekat dengan pejabat pemerintahan Biden.

Pertemuan langsung antara Biden dan Xi itu akan menjadi pertemuan pertama mereka sebagai pemimpin, yang mungkin akan dilakukan di sela-sela konferensi tingkat tinggi (KTT) G20 di Bali pada November.

Amerika Serikat menyebut China saingan strategis utamanya. AS khawatir suatu hari nanti China akan mencoba mengambil alih pulau demokratis Taiwan yang memiliki pemerintahan sendiri, tepat saat Rusia menyerang Ukraina.

Terlepas dari persaingan strategis mereka, dua negara ekonomi terbesar dunia itu tetap menjadi mitra dagang utama. Biden telah mempertimbangkan untuk menghapus tarif pada berbagai barang China untuk mengekang lonjakan inflasi di AS sebelum pemilihan umum paruh waktu pada November, dengan fokus untuk mengontrol Kongres AS.

Diplomat utama AS untuk kawasan Asia Timur, Daniel Kritenbrink, pada Selasa (5/7) mengatakan bahwa dia mengharapkan pembicaraan yang "terus terang" dengan Wang.

Dia juga mengatakan pertemuan antara Blinken dang Wang itu akan menjadi kesempatan lain "untuk menyampaikan harapan kami (AS) tentang apa yang kami ingin China lakukan dan tidak dilakukan dalam konteks krisis di Ukraina".

Sesaat sebelum invasi Rusia terhadap Ukraina terjadi pada 24 Februari, Beijing dan Moskow mengumumkan kemitraan "tanpa batas". Namun, para pejabat AS mengatakan mereka belum melihat China menghindari sanksi keras yang dipimpin AS terhadap Rusia atau menyediakan peralatan militer untuk Rusia.

Namun, China telah menolak untuk mengecam tindakan Rusia dan telah mengkritik sanksi besar-besaran yang diterapkan terhadap Rusia.

Pejabat AS telah memperingatkan konsekuensi, termasuk sanksi, jika China mulai menawarkan dukungan material untuk upaya perang Rusia.

Rusia menyebut aksinya sebagai "operasi militer khusus" untuk menurunkan militer Ukraina, namun Kiev membalas dengan mengatakan bahwa aksi Rusia itu adalah suatu upaya perampasan wilayah.

Sumber: Reuters

Baca juga: MI5 dan FBI peringatkan soal ancaman dari China
Baca juga: Ekonom AS desak Gedung Putih cabut tarif tambahan barang impor China

Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022