• Beranda
  • Berita
  • Rupiah melemah, pasar khawatir inflasi global yang masih tinggi

Rupiah melemah, pasar khawatir inflasi global yang masih tinggi

12 Juli 2022 09:53 WIB
Rupiah melemah, pasar khawatir inflasi global yang masih tinggi
Ilustrasi: Seorang teller bank menunjukkan uang pecahan Rp100.000 dan Rp50.000 di Jakarta. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/foc.

Nilai tukar rupiah mungkin bisa melemah terhadap dolar AS hari ini dengan sentimen The Fed yang makin menguat dan kekhawatiran pasar terhadap inflasi meninggi

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi dibuka melemah di tengah tekanan inflasi global yang masih tinggi.

Rupiah pagi ini bergerak melemah 10 poin atau 0,07 persen ke posisi Rp14.985 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.975 per dolar AS.

"Nilai tukar rupiah mungkin bisa melemah terhadap dolar AS hari ini dengan sentimen The Fed yang makin menguat dan kekhawatiran pasar terhadap inflasi meninggi," kata Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra saat dihubungi di Jakarta, Selasa.

Menurut Ariston, pelaku pasar berekspektasi besar bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), akan kembali menaikkan suku bunga acuannya pada Juli ini sebesar 75 basis poin dan pada September 50 basis poin.

Baca juga: Presiden Fed: Perubahan suku bunga "tiba-tiba" bisa menekan ekonomi

"Tekanan inflasi yang masih tinggi dan situasi ketenagakerjaan yang membaik di AS mendorong ekspektasi tersebut," ujar Ariston.

Data inflasi konsumen AS pada Juni yang akan dirilis hari Kamis ini diekspektasi akan mencetak rekor tertinggi baru dalam 49 tahun yaitu sebesar 8,8 persen.

Ariston menilai agresivitas The Fed dalam menaikkan suku bunga itu melebihi bank sentral lainnya, mendorong penguatan dolar AS.

Selain itu, lanjut Ariston, meningkatnya kekhawatiran terhadap inflasi dan resesi mendorong pelaku pasar masuk ke aset aman dolar AS sehingga dolar AS semakin menguat.

Baca juga: Rupiah Selasa pagi melemah 10 poin

"Dunia dihadapkan pada kenaikan harga energi dan pangan akibat perang yang menyebabkan harga barang konsumsi naik. Ini bakal mengikis daya beli masyarakat dan akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi," kata Ariston.

Di Indonesia inflasi terus meningkat meski negara sudah memberikan subsidi energi yang besar. Menurut Ariston, lama kelamaan masyarakat bisa mengurangi konsumsi yang bisa menghambat laju pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Ariston memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak melemah ke arah Rp15.050 per dolar AS dengan support di level Rp14.970 per dolar AS.

Pada Senin (11/7) rupiah ditutup menguat 4 poin atau 0,03 persen ke posisi Rp14.975 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.979 per dolar AS.

Baca juga: Kurs euro dekati terendah 20 tahun di Asia, tertekan risiko resesi
 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022