"Elektabilitas capres-capres saat ini belum ada yang mencapai angka psikologis, yakni 40 persen," ujar Adi dalam acara daring rilis hasil survei nasional Peta Politik Terkini Jelang Pemilu Serentak 2024 yang dipantau di Jakarta, Selasa.
Dia mengatakan bahwa hasil survei Parameter Politik Indonesia yang dilakukan pada 15-29 Juni 2022 menunjukkan rata-rata elektabilitas beberapa sosok yang dianggap capres berada di angka 20 sampai dengan 30 persen.
Baca juga: Pengamat: Pertemuan dengan Megawati untuk duetkan Prabowo-Puan
Pemilihan pasangan cawapres menjadi variabel penting dalam menentukan sosok capres yang berpeluang untuk memenangkan kontestasi Pemilu 2024.
Adi mengatakan bahwa kesalahan dalam memilih pasangan cawapres akan membuat capres agak berat untuk memenangkan kontestasi Pemilu 2024.
Dalam kesempatan terpisah pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Ujang Komarudin mengatakan pemilihan posisi cawapres penting bagi capres saat berlaga pada Pemilu 2024.
Baca juga: Pengamat: Sandiaga Uno "barang bagus" untuk didorong jadi Capres 2024
Baca juga: Pengamat sebut Prabowo jadi capres pilihan milenial
"Posisi cawapres berperan sebagai figur atau karakter untuk menutupi kekurangan karakter atau mendongkrak elektabilitas yang dimiliki pasangan capresnya," ujarnya saat dihubungi di Jakarta.
Contohnya Presiden Joko Widodo memilih K.H. Ma'ruf Amin sebagai pasangan cawapresnya untuk menutupi kekurangan dalam isu agama pada Pemilu 2019.
Peluang para capres yang berlaga tergantung pada pasangan cawapres yang dipilih saat Pemilu 2024, papar dia.
Ujang mengatakan saat ini para tokoh politik masih mempromosikan diri kepada masyarakat sebagai capres potensial untuk Pemilu 2024. Belum terlihat siapa sosok capres yang berpeluang besar memenangkan Pemilu 2024.
Pewarta: Aji Cakti
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2022