"Kita masih impor semua (komponen EV). Yang sudah mulai bisa kita buat, seperti yang IMI lakukan, adalah membuat motor listrik sederhana, dengan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) mencapai lebih dari 60 persen," kata Bambang saat ditemui di Jakarta, Rabu.
"Sejauh ini, yang masih kita impor adalah dinamo dan baterai. Untuk komponen lain seperti spion, lampu, jok, bodi... kita sudah bikin sendiri. Yang belum mampu adalah baterai dan dinamo, sementara motor (listrik) banyak diimpor dari China," ujar dia menambahkan.
Lebih lanjut, pria yang juga akrab disapa Bamsoet itu mengatakan pemerintah sudah bertekad untuk melakukan percepatan migrasi dari kendaraan berbahan bakar fosil konvensional ke kendaraan listrik. Hal itu, menurut dia, diharapkan mampu mengurangi beban subsidi maupun polusi.
Hal tersebut pun didorong pula melalui sejumlah regulasi seperti salah satunya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (Battery Electric Vehicle / BEV) untuk Transportasi Jalan.
"Diharapkan, BUMN-BUMN juga sudah mulai berorientasi untuk mendukung, membangun, tidak hanya baterai, tapi juga kendaraannya, baik motor dan mobil. Dengan modal kuat di BUMN, kita sudah tidak perlu riset, karena teknologinya sudah bisa di-adopt dari mana-mana, mulai dari Tesla, bahkan China yang sudah keluarkan berbagai merek dengan produk yang terjangkau," jelas .
"Tentu akan jauh lebih sederhana untuk membangun pabrik mobil atau motor listrik. Hanya nanti tinggal seperti apa dengan komitmen pemerintah untuk ke sana," imbuhnya.
Baca juga: Menperin minta IKM sektor otomotif bersiapkan masuk tren mobil listrik
Baca juga: Indonesia targetkan ada enam juta unit motor listrik pada 2025
Baca juga: Konsumsi listrik rendah membuka peluang usaha
Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022