"Kita menargetkan untuk menjual ke swalayan," kata pengelola Agro Edukasi Wisata (AEW) Ragunan Agit Ginanjar (39) saat ditemui langsung di lokasi, Jakarta, Kamis.
Agit mengatakan selama ini panen yang dihasilkan dijual untuk masyarakat sekitar sebab hasil panen masih terbatas.
Menurutnya dibutuhkan penambahan kontainer tiga sampai empat kontainer untuk bisa panen secara kontinyu sehingga bisa masuk ke pasar modern.
Dengan tambahan kontainer tersebut, kata dia, diharapkan mampu menghasilkan produksi sayur yang terus menerus sehingga mampu menjangkau pasar swalayan.
Selama ini hasil panen dilakukan dalam waktu seminggu sekali dan kesegaran sayur mampu bertahan selama satu bulan.
Hasil pertanian kontainer ini sendiri memiliki kualitas yang lebih bagus dibandingkan dengan sistem menanam hidroponik, katanya.
Budi daya di dalam kontainer memiliki keunggulan antara lain bebas terkena hama dan penyakit , serta tidak bergantung cuaca.
Baca juga: Kadis KPKP DKI Jakarta resmikan "container farming" di Ragunan
Stroberi yang biasanya hidup di dataran tinggi bisa ditanam dalam sistem pertanian kontainer dengan memanfaatkan sinar lampu sebagai pengganti matahari.
Dalam prosesnya, bertani dalam kontainer memerlukan beberapa peralatan khusus seperti lampu led, kipas (blower), pendingin ruangan, mesin pengatur pelembap udara dan pompa sirkulasi air, katanya.
Hal yang perlu diperhatikan dalam menanam melalui kontainer, kata dia, adalah pasokan listriknya selalu stabil.
Petani di kawasan ini mendapatkan fasilitasi kontainer dari program PLN Peduli untuk bertanam pakcoi, selada keriting dan kale.
Agit berharap masyarakat dapat lebih bijak dalam memilah dan mengetahui manfaat sayuran dengan kualitas tinggi sehingga mendapatkan gizi yang baik untuk tubuh.
Baca juga: Melirik potensi budidaya pertanian di kontainer
Pewarta: Ulfa Jainita
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2022