Tim Mahasiswa Institut Teknologi Sumatera (Itera) meraih medali perunggu dalam ajang Southeast Asia Paper Competition MARS#9 yang diselenggarakan oleh Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Yogyakarta (UNY).tercipta alat kombinasi bambu dan kulit pisang kepok sebagai filter air karat sederhana
"Kami berhasil membawa pulang medali perunggu usai mengusung karya tulis berjudul “Banana’s Filtering Combination of Bamboo and Kepok Banana Peel (Musaacuminata) as a Simple Rusty Water Filter” atau kajian tentang Kombinasi Bambu dan Kulit Pisang Kepok (Musaacuminata) sebagai alat filtrasi air berkarat sederhana," kata Mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan Ester Fitria Sari Allagan, dalam keterangan yang diterima di Bandarlampung, Jumat.
Dalam ajang Southeast Asia Paper Competition MARS#9, Tim Mahasiswa Itera diwakili oleh Ester Fitria Sari Allagan mahasiswa Program Studi Teknik Pertambangan 2021, Muhammad Abi Hanif (Matematika 2021), dan Anisa Rahmawati (Kimia 2021). Dalam penyusunan karya, mahasiswa dibimbing oleh dosen Program Studi Kimia, Demi Dama Yanti, S.Si., M.Si.
Baca juga: Sebanyak 1.496 calon mahasiswa pilih Itera dalam SMMPTN Barat- 2022
Ia menyampaikan latar belakang timnya mengangkat tema tersebut sebab Provinsi Lampung masih menghadapi adanya permasalahan pencemaran air konsumsi.
"Air berkarat merupakan salah satu contoh air yang mengalami kerusakan akibat pencemaran. Air berkarat umumnya berada di daerah permukiman penduduk sehingga apabila dipakai secara berkala dapat menimbulkan dampak yang kurang baik bagi masyarakat," kata dia.
Lebih lanjut, ia menjelaskan, pembuatan karya tulis ini didasari langkanya air bersih di Lampung terutama di Kabupaten Tulang Bawang, Mesuji, Lampung Timur, Way Kanan, dan Pesisir Barat, yang memiliki kondisi ketersediaan air bersih cukup memprihatinkan.
“Perlu adanya inisiatif akubat kelangkaan air bersih sehingga tercipta alat kombinasi bambu dan kulit pisang kepok sebagai filter air karat sederhana agar air berkarat ini dapat dimanfaatkan kembali oleh masyarakat setempat,” ujar Ester.
Baca juga: Tim dosen Itera terapkan PLTHM-PLTS terangi Dusun Batu Saeng Tanggamus
Alat ini menggunakan bambu sebagai bahan utama dan kulit pisang kepok sebagai penyaring air berkarat, dan penetralisir kandungan Besi (Fe) dan Mangan (Mn) yang terdapat di dalam air karat.
Sebagai tahap lanjutan, alat yang dapat dibuat dengan mudah ini dapat diletakkan langsung pada rumah warga sebagai penyaring sederhana.
Ester berharap mahasiswa Itera dapat terus menemukan inovasi baru dan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat dengan inovasi-inovasi yang berkelanjutan," kata dia.
Baca juga: Rektor baru Itera Prof Dr. I Nyoman Pugeg harap dukungan semua pihak
Pewarta: Dian Hadiyatna
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022