• Beranda
  • Berita
  • BMKG: Dua wilayah di NTT berstatus awas kekeringan meteorologis

BMKG: Dua wilayah di NTT berstatus awas kekeringan meteorologis

16 Juli 2022 16:31 WIB
BMKG: Dua wilayah di NTT berstatus awas kekeringan meteorologis
Ilustrasi - Lahan pertanian yang kering saat musim kemarau di Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur, NTT. (ANTARA/Aloysius Lewokeda)
Stasiun Klimatologi Kupang Badan Meteorologi Geofisika Klimatologi dan Geofisika (BMKG) melaporkan sebanyak dua wilayah di Nusa Tenggara Timur (NTT) berstatus awas kekeringan meteorologis dengan kondisi potensi curah hujan yang sangat rendah.

"Dua daerah awas kekeringan meteorologis di NTT yaitu di Kecamatan Raijua Kabupaten Sabu Raijua dan Kecamatan Haharu Kabupaten Sumba Timur," kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas II Kupang Rahmattulloh Adji dalam keterangan yang diterima di Kupang, Sabtu.

Ia menyampaikan hal itu berkaitan dengan peringatan dini kekeringan meteorologis di wilayah NTT.

Daerah yang berstatus awas kekeringan memiliki peluang curah hujan sangat rendah (kurang dari 20 milimeter/dasarian) dengan peluang lebih dari 70 persen.

Oleh sebab itu, kata Rahmattulloh diperlukan kewaspadaan dari masyarakat setempat terkait ancaman bencana kekeringan.

Baca juga: BPBD NTT fokus pemetaan dan pendataan ancaman kekeringan

Selain itu, terdapat sejumlah kecamatan lain yang berstatus siaga kekeringan yaitu Sulamu Kabupaten Kupang, Kota Raja dan Oebobo di Kota Kupang, Rote Barat Lau Kabupaten Rote Ndao, dan Hawu Mehara Kabupaten Sabu Raijua.

Ia menjelaskan ancaman kekeringan berpotensi menimbulkan sejumlah dampak seperti pada sektor pertanian dengan sistem tadah hujan.

Selain itu berdampak pada pengurangan ketersediaan air tanah sehingga menyebabkan kelangkaan air bersih serta berpotensi meningkatkan kemudahan terjadinya kebakaran.

Rahmattulloh mengimbau agar masyarakat menghemat penggunaan air bersih sehingga kebutuhan bisa terpenuhi selama musim kemarau.

Selain itu juga mewaspadai kondisi rumput atau dedaunan yang kering yang berpotensi menimbulkan kebakaran hutan dan lahan ketika muncul titik api.

Baca juga: Bantul petakan 16 kelurahan butuh pembangunan sarana air bersih

Pewarta: Aloysius Lewokeda
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022