• Beranda
  • Berita
  • Menkes: BioColoMelt-Dx pangkas biaya deteksi kanker kolorektal

Menkes: BioColoMelt-Dx pangkas biaya deteksi kanker kolorektal

19 Juli 2022 15:36 WIB
Menkes: BioColoMelt-Dx pangkas biaya deteksi kanker kolorektal
Kit Diagnostik Molekuler BioColoMelt-Dx di RS Darmais Jakarta, Selasa (19/7/2022). ANTARA/Andi Firdaus/am.

Sekarang dengan adanya standar kit PCR untuk mendiagnosa kanker kolorektal ini bisa Rp2 jutaan

Kementerian Kesehatan RI bekerja sama dengan PT Bio Farma meluncurkan Kit Diagnostik Molekuler BioColoMelt-Dx yang diklaim memangkas biaya pelayanan hingga Rp8 juta untuk deteksi kelainan genetik pasien kanker kolorektal.

"Sebelumnya kalau kita mau mendiagnosa pasien dengan kualitas seperti ini, bisa Rp10 jutaan per pasien. Sekarang dengan adanya standar kit PCR untuk mendiagnosa kanker kolorektal ini bisa Rp2 jutaan," kata Budi Gunadi Sadikin dalam peluncuran kit diagnostik molekuler BioColoMelt-Dx di RS Darmais Jakarta, Selasa.

BioColomelt-Dx adalah PCR dengan analisis High Resolution Melting (HRM) menghasilkan informasi profil mutasi kanker yang dapat digunakan oleh dokter atau tenaga medis untuk menentukan jenis obat yang memberikan respons terapi paling optimal pada pasien kanker kolorektal atau usus besar.

Metode penggunaan alat tersebut dengan cara mengambil sampel dari jaringan yang terinfeksi. "Nanti DNA diekstraksi, di jaringan tumor pasien dari hasil operasi atau biopsi, kemudian nanti DNA pasien tersebut di-PCR, kemudian diketahui gen-gen mana yang termutasi," katanya.

Baca juga: Menkes : Haji tertular COVID-19 pengaruhi prediksi puncak akhir Juli

Menurut Budi, informasi gen yang termutasi itu digunakan oleh dokter untuk menentukan terapi mana yang tepat untuk pasien tersebut.

Selain itu, kata Budi, BioColoMelt-Dx juga dapat digunakan untuk penapisan (screening) Lynch syndrome, suatu kondisi yang dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengidap berbagai macam kanker dan bersifat keturunan.

"Kemudian bisa juga untuk mengetahui apakah pasien tersebut mendapatkan kanker karena ada kelainan genetik turunan," katanya.

Dengan diperolehnya informasi Lynch syndrome dari hasil penapisan tersebut, keluarga pasien yang terduga mempunyai Lynch syndrome dapat menjalani pengawasan untuk pencegahan atau penanganan kanker sedini mungkin, kata Budi menambahkan.

Baca juga: Menkes: Transmisi COVID-19 di Jakarta sudah level 3

Produk BioColomelt-Dx merupakan inovasi hasil kolaborasi Bio Farma dan PathGen yang melibatkan berbagai industri, instansi penelitian dan pendidikan, serta fasilitas kesehatan nasional maupun internasional dalam rangkaian pengembangan dan komersialisasinya.

Produk tersebut telah mendapatkan izin edar dari Kementerian Kesehatan Rl dengan nomor KEMENKES RI AKD 20306220065 yang dirilis pada tanggal 1 Juli 2022.

Dengan adanya BioColoMelt-Dx, kata Budi, pasien dapat memperoleh akses yang lebih mudah untuk pemeriksaan ketepatan jenis terapi dan penanganan dini pada keluarga pasien dengan Lynch syndrome, yang diharapkan dapat berdampak positif pada optimalisasi ekonomi untuk ekosistem kesehatan di Indonesia.

Baca juga: Menkes: Kembali pakai masker meski COVID-19 RI di level aman WHO

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2018, kanker kolorektal menempati peringkat ketiga dunia untuk jenis kanker yang paling umum terjadi.

Di Indonesia, berdasarkan data Globocan tahun 2020, kanker kolorektal menduduki peringkat keempat kanker dengan kasus baru terbanyak di Indonesia.

Setidaknya terdapat 35 ribu jumlah pasien yang terdiagnosis kanker kolorektal setiap tahunnya, dan 35 persen di antaranya menyerang penduduk Indonesia yang berusia produktif di bawah 40 tahun. Sedangkan angka kematian di Indonesia mencapai 6,7 dari 100 ribu kasus.

Baca juga: Menkes instruksikan cabut izin laboratorium yang tidak lapor NAR

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022