Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa Moskow tidak melihat keinginan Ukraina untuk memenuhi persyaratan dari apa yang dia sebut sebagai kesepakatan damai awal, yang disetujui bersama pada Maret.Sangat penting bagi kami untuk tidak memasuki musim dingin. Setelah musim dingin, ketika Rusia akan memiliki lebih banyak waktu untuk membangun posisi pertahanan
Ketika ditanya tentang kemungkinan bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiyy, Putin mengatakan bahwa Kiev tidak berpegang pada persyaratan kesepakatan damai awal yang dia katakan telah "secara praktis dicapai" pada Maret, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
"Hasil akhir tentu saja... tergantung pada kemauan para pihak untuk melaksanakan kesepakatan yang telah dicapai. Hari ini kami melihat kekuatan di Kiev tidak memiliki keinginan seperti itu," ujar dia ketika berbicara kepada wartawan dalam pernyataan yang disiarkan televisi setelah kunjungan ke Iran, Rabu.
Dalam negosiasi yang berlangsung Maret lalu, kedua pihak membuat proposal tetapi tidak ada terobosan apa pun yang dicapai.
Baca juga: Meskipun terdampak ekonomi, EU tetap dukung Ukraina
Saat itu, Zelenskiyy mengatakan hanya hasil konkret dari pembicaraan yang dapat dipercaya.
Sementara itu, Putin bertemu Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran pada Selasa (19/7), guna memperdalam hubungan antara kedua negara yang sama-sama berada di bawah sanksi Barat.
Selama kunjungannya ke Iran, Putin juga bertemu dengan Presiden Turki Tayyip Erdogan untuk membahas kesepakatan guna melanjutkan ekspor gandum dari pelabuhan Ukraina di Laut Hitam, yang sekarang diblokade oleh Rusia.
Rusia siap untuk memfasilitasi ekspor gandum Ukraina melalui Laut Hitam, tetapi juga ingin pembatasan yang tersisa pada ekspor gandum Rusia dihapus, kata Putin.
Pemimpin Rusia itu mengatakan belum semua masalah terkait ekspor gandum diselesaikan, "tetapi fakta bahwa ada pergerakan saja sudah bagus".
Pertemuan dengan Erdogan adalah perjumpaan pertama Putin dengan seorang pemimpin Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) sejak pasukan Rusia menyerbu Ukraina, akhir Februari lalu.
Kunjungan Putin ke Iran juga mengirimkan pesan kuat ke Barat tentang rencana Rusia untuk menjalin hubungan strategis yang lebih dekat dengan Iran, China, dan India untuk membantu mengimbangi sanksi yang dijatuhkan Barat atas invasi Moskow ke Ukraina.
Lebih lanjut, Putin mengatakan bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab menawarkan diri untuk menengahi konflik antara Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Dubes Ukraina berharap invasi Rusia berakhir sebelum KTT G20 di Bali
Kremlin mengatakan tidak ada batasan waktu untuk konflik yang disebutnya "operasi militer khusus" untuk memastikan keamanannya sendiri.
Di lain pihak, Ukraina dan Barat mengutuk Rusia atas perang yang tidak beralasan terhadap tetangganya.
Rusia sedang mencoba untuk "menyeret" Ukraina ke dalam konflik berkepanjangan ke musim dingin, kata kepala staf Zelenskiyy, Andriy Yermak, dalam sebuah wawancara majalah yang diterbitkan pada Selasa.
"Sangat penting bagi kami untuk tidak memasuki musim dingin. Setelah musim dingin, ketika Rusia akan memiliki lebih banyak waktu untuk membangun posisi pertahanan, pasti akan lebih sulit untuk setiap serangan balasan dari Ukraina," ujar Yermak.
Dua minggu lebih telah berlalu sejak kemajuan besar dicapai Rusia dengan merebut Kota Lysychansk di Ukraina timur. Namun, dalam pola yang sekarang dikenal, rudal Rusia menghantam sasaran di seluruh Ukraina pada Selasa.
Sedikitnya satu orang tewas dalam serangan rudal Rusia di pusat Kota Kramatorsk, Ukraina timur, kata pihak berwenang.
Angkatan udara Ukraina mengatakan dalam sebuah unggahan Facebook bahwa mereka telah menembak jatuh sebuah jet tempur Rusia dengan rudal di atas Nova Kakhovka, di sebelah timur Kota Kherson, yang diduduki oleh pasukan Moskow.
Sumber: Reuters
Baca juga: EU setujui tambahan bantuan militer 500 juta euro untuk Ukraina
Baca juga: Turki, Prancis bahas ekspor gandum Ukraina
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022