• Beranda
  • Berita
  • BI pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global jadi hanya 2,9 persen

BI pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global jadi hanya 2,9 persen

21 Juli 2022 15:18 WIB
BI pangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global jadi hanya 2,9 persen
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo . (ANTARA/Agatha Olivia Victoria)

Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasokan

Bank Indonesia memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi global dari 3,5 persen menjadi 2,9 persen di tengah meningkatnya risiko stagflasi dan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.

"Tekanan inflasi global terus meningkat seiring dengan tingginya harga komoditas akibat berlanjutnya gangguan rantai pasokan," ucap Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam konferensi pers Hasil RDG bulan Juli 2022 dengan cakupan triwulanan yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis.

Hal tersebut, lanjut dia, juga sejalan dengan ketegangan geopolitik Rusia dan Ukraina yang terus berlangsung serta meluasnya kebijakan proteksionisme, terutama pangan.

Berbagai negara, terutama Amerika Serikat (AS), merespons peningkatan inflasi tersebut dengan pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif sehingga menahan pemulihan ekonomi dan meningkatkan risiko stagflasi.

Baca juga: BI turunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global jadi 3 persen di 2022

Pertumbuhan ekonomi berbagai negara seperti AS, Eropa, Jepang, China, dan India, diperkirakan lebih rendah dari proyeksi sebelumnya yang disertai dengan peningkatan kekhawatiran resesi di Negeri Paman Sam.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan ketidakpastian pasar keuangan global tetap tinggi dan mengakibatkan terbatasnya aliran modal asing dan menekan nilai tukar di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.

"Nilai tukar rupiah mengalami tekanan yang meningkat sebagaimana juga dialami oleh mata uang regional lainnya, di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi," jelasnya.

Ia menyebutkan kurs Garuda pada 20 Juli 2022 terdepresiasi 0,6 persen dibandingkan akhir Juni 2022, namun dengan volatilitas yang terjaga.

Depresiasi tersebut sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global, di tengah persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia yang tetap positif.

Baca juga: BI pertahankan suku bunga 3,5 persen karena inflasi inti masih terjaga
 

Pewarta: Agatha Olivia Victoria
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022