• Beranda
  • Berita
  • Peneliti BRIN: Perlu kerja bersama perbaiki kualitas demokrasi

Peneliti BRIN: Perlu kerja bersama perbaiki kualitas demokrasi

21 Juli 2022 16:24 WIB
Peneliti BRIN: Perlu kerja bersama perbaiki kualitas demokrasi
Profesor Riset Bidang Politik dan Pemerintahan Organisasi Riset Ilmu Pengetahuan Sosial Humaniora Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) R. Siti Zuhro berbicara dalam Webinar Prof. Talks: Membangun Indonesia dari Perbatasan di Jakarta, Selasa (29-3-2022). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak

Secara teori, demokrasi yang berjalan itu ada peningkatan kualitas, memang tidak ujuk-ujuk nilainya 100.

Peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Siti Zuhro memandang perlu kerja bersama dari seluruh elemen bangsa untuk memperbaiki kualitas demokrasi di Indonesia, seperti melaksanakan pemilihan umum (pemilu) ataupun pemilihan kepala daerah (pilkada) yang berkualitas.

“Kapan kita betul-betul menapaki (demokrasi) secara substantif supaya tidak cacat. Ini 'kan memerlukan semuanya, kerja-kerja bareng, baik peserta pemilu dan pilkada, yaitu partai politik, para elite aktornya, dan masyarakat serta tokoh-tokohnya. Jadi, harus ada kebersamaan itu," kata Siti Zuhro saat menjadi narasumber dalam diskusi Radio Idola Semarang bertajuk "Demokrasi Indonesia Masih Kategori Cacat, Apa yang Mesti Dilakukan?", sebagaimana dipantau di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, dua faktor penyebab demokrasi di Indonesia dinilai cacat oleh beberapa pihak adalah peningkatan kualitas demokrasi yang lamban dan kemunculan persoalan serupa dalam setiap penyelenggaraan pemilu ataupun pilkada dari tahun ke tahun.

Siti menjelaskan bahwa demokrasi yang baik secara teori adalah demokrasi yang berjalan dengan adanya peningkatan kualitas.

Akan tetapi, dia menilai perjalanan demokrasi di Indonesia menghadirkan peningkatan kualitas yang lamban. Indonesia juga belum menunjukkan keberadaan upaya besar dan menyeluruh dalam memperbaiki kualitas demokrasi.

"Secara teori, demokrasi yang berjalan itu ada peningkatan kualitas, memang tidak ujuk-ujuk nilainya 100. Akan tetapi, kita kok lama banget proseduralnya. Tidak ada iktikad yang betul-betul gereget dan utuh untuk memperbaiki kualitas demokrasi," ujar dia.

Ia mencontohkan pilkada di Tanah Air senantiasa menghadapi persoalan yang sama, seperti masalah pembelian suara dan politik transaksional.

“Contohnya, 1.500 pilkada selalu memiliki permasalahan yang sama, yakni pembelian suara (vote buying), politik transaksional, mahar politik, penyelewengan, dan konflik," ucapnya.

Oleh karena itu, Siti menegaskan bahwa seluruh elemen bangsa Indonesia perlu bekerja bersama untuk menunjukkan adanya upaya besar dalam memperbaiki kualitas demokrasi di Tanah Air ini.

Baca juga: Siti Zuhro: Orang Indonesia tidak menghendaki banyak partai
Baca juga: Siti Zuhro prediksi peluang parpol baru lolos ke parlemen kecil

Pewarta: Tri Meilani Ameliya
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022