"Tentunya dengan alokasi sebanyak itu cukup. Hanya saja yang memang ada pengurangan jenis pupuknya dari semua ada enam jenis menjadi dua jenis, yakni pupuk Urea dan NPK," ujarnya di sela-sela memberikan sambutan saat mengunjungi vaksinasi PMK di Pasar Hewan Ketitang, Grobogan, Jumat.
Ia mengungkapkan ketika penggunaan pupuk Urea yang bertujuan menyuburkan tanaman dan NPK untuk butiran atau isi padi masih harus ditambah dengan pupuk cair dan lainnya, silakan dengan difasilitasi pemerintah melalui kredit usaha rakyat (KUR) yang juga mendapatkan subsidi pemerintah.
Seluruh dunia, kata dia, subsidi untuk pupuk dicabut, penyebabnya karena adanya perang antara Ukraina dengan Rusia. Sedangkan bahan baku fosfat dan kalium potas sumbernya dari Ukraina sehingga harganya naik tiga kali lipat dan pupuk di dunia masuk krisis ketiga.
Untuk itulah, jenis pupuk yang bisa diproduksi sendiri oleh rakyat, tidak lagi diberi subsidi sehingga jumlah yang menerima pupuk bersubsidi juga lebih banyak.
Sementara anggaran untuk pupuk bersubsidi, kata dia, sebesar Rp25 triliun, sehingga jumlahnya bertambah besar.
"Alhamdulillah sudah dibayar oleh Presiden, cuman jenisnya dikurangi. Yang kemarin merembes ke mana-mana sekarang tidak boleh lagi," ujarnya.
Sebelumnya, Bupati Grobogan Sri Sumarni menyampaikan keluhan soal pupuk bersubsidi karena alokasi yang diterima tidak sesuai rencana definitif kebutuhan kelompok (RDKK).
Ia berharap subsidi pupuk untuk petani tidak ada pengurangan agar petani juga tetap semangat tidak mengeluh.
Untuk mengatasi alokasi pupuk bersubsidi yang belum sesuai RDKK, maka Pemkab Grobogan memperkenalkan biosoka yang merupakan teknik membuat ramuan dari bermacam-macam rumput, kemudian diremas di dalam air hingga berubah warna jadi ungu. Cairan itulah yang kemudian disemprotkan ke tanaman sebagai pengganti pupuk.
"Petani juga dilatih membuat pupuk kandang dan organik, supaya kelompok tani bisa produksi sendiri," ujarnya.
Baca juga: Kementan: PT Japfa bakal menyerap semua jagung petani
Baca juga: Kementan dan BNI berkolaborasi tingkatkan ketahanan pangan nasional
Pewarta: Akhmad Nazaruddin
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022