Raksasa energi Rusia itu pada Senin (25/7) mengatakan aliran gas ke Jerman melalui jaringan pipa Nord Stream 1 akan diturunkan menjadi 33 juta meter kubik per hari.
Angka itu mencapai separuh dari volume saat ini, yang sudah dikurangi hingga 40 persen dari kapasitas normal.
Sebelum perang di Ukraina, negara-negara Eropa mengimpor sekitar 40 persen kebutuhan gas dan 30 persen kebutuhan minyak mereka dari Rusia.
Kremlin mengatakan gangguan dalam aliran gas disebabkan oleh kendala teknis jaringan dan sanksi-sanksi Barat, sedangkan Uni Eropa menuduh Rusia melakukan pemerasan dengan energi.
Baca juga: IMF sebut embargo gas Rusia dapat hantam Eropa tengah dengan keras
Para politisi Eropa telah berkali-kali mengatakan bahwa Rusia dapat mengurangi pasokan gas pada musim dingin.
Langkah Rusia itu dinilai akan mendorong Jerman ke dalam resesi dan menyulitkan konsumen yang sudah terdampak oleh tingginya inflasi.
Moskow mengatakan pihaknya tidak berminat menghentikan secara total pasokan gas ke Eropa.
Kekhawatiran pada kelangkaan energi makin bertambah ketika operator jaringan gas Ukraina mengatakan bahwa Gazprom, tanpa pemberitahuan sebelumnya, telah menaikkan tekanan secara drastis pada pipa gas ke Eropa yang melewati Ukraina.
Tekanan tinggi akan memicu keadaan darurat, termasuk pecahnya pipa.
Operator-operator jaringan wajib berbagi informasi tentang hal itu sebelumnya, kata perusahaan Ukraina itu.
Gazprom belum bisa dihubungi untuk dimintai komentarnya.
Meroketnya harga energi dan ancaman kelaparan di negara-negara miskin menunjukkan bahwa konflik Rusia-Ukraina telah berdampak ke seluruh dunia.
Konflik terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua itu kini memasuki bulan keenam.
Sumber: Reuters
Baca juga: Minyak naik, pengurangan gas Rusia ke Eropa dorong peralihan ke minyak
Baca juga: Saham melemah, dipicu aliran gas Rusia angkat euro
Pewarta: Anton Santoso
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2022