Sarat dengan muatan barang-barang seperti suku cadang mobil, bahan kimia, dan acar China dari berbagai daerah di sepanjang rute kargo darat-laut, bagian dari Koridor Perdagangan Darat-Laut Internasional Baru, X9575 melakukan pemindahan muatan di Pelabuhan Qinzhou.
Selanjutnya, kargo tersebut akan dikirim ke negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN).
"Dulu, dibutuhkan waktu sekitar satu bulan bagi komoditas dari daerah barat kami untuk mencapai negara-negara ASEAN melalui Sungai Yangtze dan jalur laut," ujar Liang Yu, wakil kepala stasiun itu.
Kini, kargo konsinyasi di Chongqing dapat dikirim ke Vietnam melalui koridor tersebut hanya dalam waktu empat hari, tambah Liang.
Diluncurkan pada 2017, Koridor Perdagangan Darat-Laut Internasional Baru merupakan sebuah jalur perdagangan dan logistik yang dibangun bersama oleh provinsi-provinsi di China barat dan negara-negara ASEAN.
Dengan Chongqing sebagai sentra transportasi, koridor tersebut menggunakan pelabuhan-pelabuhan di Teluk Beibu di Guangxi untuk mencapai pelabuhan di Singapura dan negara-negara ASEAN lainnya, serta menghubungkan kereta-kereta barang China-Eropa yang berangkat dari banyak kota di China barat sebelum menuju Asia Tengah, Asia Selatan, dan Eropa.
Koridor itu mencatatkan 379.000 TEU (twenty-foot equivalent unit) peti kemas yang diangkut oleh kereta barang antarmoda dalam enam bulan pertama tahun ini, naik 33,4 persen secara tahunan (year on year/yoy), menurut China Railway Nanning Group Co., Ltd.
Koridor tersebut, yang mencakup 14 daerah tingkat provinsi di China, telah memperluas jangkauannya ke 319 pelabuhan di 107 negara dan kawasan.
Berbicara tentang koridor itu dalam Forum Kerja Sama Ekonomi Teluk Pan-Beibu ke-12 yang diadakan sebelumnya pada bulan ini di Nanning, ibu kota Guangxi, Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia Basilio Dias Araujo mengatakan koridor tersebut telah membawa semakin banyak peluang untuk konektivitas antara China dan ASEAN.
Basilio menambahkan bahwa sebagai negara maritim, Indonesia turut senang bergabung dalam pembangunan koridor itu, dan memperkuat kerja sama dengan pelabuhan-pelabuhan di sepanjang jalur tersebut, termasuk Pelabuhan Teluk Beibu.
Pelabuhan Teluk Beibu, yang terdiri dari pelabuhan Qinzhou, Fangcheng, dan Beihai, berfungsi sebagai titik transit penting di Koridor Perdagangan Darat-Laut Internasional Baru.
Pada paruh pertama 2022, pelabuhan tersebut mengalami peningkatan throughput kargo sebesar 6,95 persen (yoy) menjadi 139 juta ton. Dalam periode yang sama, pelabuhan itu menangani 3,2 juta TEU peti kemas, naik 21,4 persen (yoy), menurut Beibu Gulf Port Group.
SITC Container Lines Co., Ltd. mencatatkan bisnis yang meroket di Pelabuhan Teluk Beibu berkat perkembangan pesat koridor tersebut dan semakin dalamnya kerja sama perdagangan China-ASEAN.
"Kami telah membuka dua rute baru ke Kota Haiphong di Vietnam tahun ini," ujar Li Chaofei, manajer umum anak perusahaan SITC di Nanning.
Pada April, Provinsi Gansu di China menandatangani nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Thailand untuk meningkatkan perdagangan dan memperkuat hubungan bilateral.
Jurin Laksanawisit, Wakil Perdana Menteri sekaligus Menteri Perdagangan Thailand, mengatakan bahwa Gansu merupakan bagian integral dari koridor tersebut, dan penandatanganan MoU itu sepenuhnya mencerminkan harapan Thailand untuk mengembangkan lebih lanjut perekonomian di kawasan tersebut dan mencapai kemakmuran bersama melalui koridor itu.
Data resmi menunjukkan bahwa selama lima tahun terakhir, volume perdagangan antara berbagai daerah dan kota di sepanjang koridor tersebut di China dengan ASEAN terus meningkat, naik dari 58,9 miliar dolar AS (1 dolar AS = Rp14.994) pada 2017 menjadi 107,7 miliar dolar AS pada 2021.
Pewarta: Xinhua
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2022