• Beranda
  • Berita
  • CORE perkirakan defisit APBN hanya 3,9 persen dari PDB pada 2022

CORE perkirakan defisit APBN hanya 3,9 persen dari PDB pada 2022

27 Juli 2022 15:51 WIB
CORE perkirakan defisit APBN hanya 3,9 persen dari PDB pada 2022
Tangkapan layar Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Ahmad Akbar Soesamto dalam Diskusi Media CORE yang dipantau di Jakarta, Rabu (27/7/2022). ANTARA/Sanya Dinda

Saya katakan situasi APBN di 2022 secara umum cukup baik, tapi tetap harus ada hal-hal yang perlu digunakan dengan baik

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Ahmad Akbar Soesamto memperkirakan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) hanya mencapai 3,9 persen dari produk domestik bruto (PDB).

"Kami memperkirakan defisit APBN hanya akan mencapai Rp732,2 triliun di 2022 atau tidak mencapai 4 persen dari PDB. Saya katakan situasi APBN di 2022 secara umum cukup baik, tapi tetap harus ada hal-hal yang perlu digunakan dengan baik," kata Akbar dalam Diskusi Media CORE yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Defisit tersebut lebih rendah dari target APBN dalam Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Perpres Nomor 104 Tahun 2021 tentang Rincian APBN Tahun Anggaran 2022 yang sebesar Rp840,2 triliun atau 4,5 persen dari PDB.

Ia memperkirakan pendapatan negara akan lebih tinggi dari target yang sebesar Rp2.266,2 triliun yakni menjadi Rp2.436,9 triliun, meski belanja negara juga akan mencapai Rp3.169,1 triliun atau lebih tinggi dari target dalam Perpres Nomor 98 Tahun 2022 yang senilai Rp3.106,4 triliun.

"Belanja pemerintah berperan sebagai shock absorber atau penyerap guncangan, yaitu bagaimana pemerintah bisa menggunakan belanja untuk membantu masyarakat agar tidak jatuh ke dalam kemiskinan," katanya.

Hanya saja, pemerintah perlu lebih berhati-hati dalam membelanjakan anggaran, terutama untuk menjaga nilai pokok dan bunga utang di Indonesia.

Ia meminta belanja pemerintah digunakan untuk kegiatan-kegiatan produktif yang berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pasalnya, saat ini pembayaran bunga utang telah mencapai 17,8 persen dari total belanja atau lebih tinggi dibandingkan tahun 2021 yang sebesar 12,3 persen.

"Dengan bunga utang yang cukup besar ini, anggaran untuk membayar bunga utang tersebut jadi tidak bisa digunakan untuk hal-hal lain yang lebih produktif," ucapnya.

Baca juga: Menkeu Sri Mulyani proyeksi defisit APBN 2022 hanya 3,92 persen PDB
Baca juga: Sri Mulyani sebut APBN semester I catatkan surplus Rp73,6 triliun
Baca juga: Sri Mulyani targetkan defisit APBN 2023 turun ke 2,61-2,9 persen

Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022