• Beranda
  • Berita
  • Kepala BMKG ingatkan potensi gempa "megathrust" 8,7 bukan ramalan

Kepala BMKG ingatkan potensi gempa "megathrust" 8,7 bukan ramalan

27 Juli 2022 16:42 WIB
Kepala BMKG ingatkan potensi gempa "megathrust" 8,7 bukan ramalan
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati berjabatan tangan dengan Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji pada acara Sekolah Lapang Gempabumi dI Cilacap, Rabu (27/7/2022). ANTARA/Sumarwoto.

Gempa tidak bisa dicegah, tsunami tidak bisa dicegah, korban jiwa dicegah

Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengingatkan potensi gempa megathrust dengan magnitudo (M) 8,7 di pantai selatan Jawa Tengah bukanlah ramalan atau prediksi.

"Kita ini di wilayah Indonesia yang rawan gempa bumi, termasuk juga di Kabupaten Cilacap," katanya usai membuka kegiatan Sekolah Lapang Gempabumi Kabupaten Cilacap Tahun 2022 di Cilacap, Rabu.

Ia mengatakan hal itu disebabkan Kabupaten Cilacap berada di pantai selatan Jawa Tengah yang menghadap langsung zona tumbukan lempeng antara lempeng Samudra Hindia dan lempeng Eurasia.

Menurut dia, tumbukan lempeng tersebut merupakan zona gempa megathrust yang skenario terburuknya apabila terjadi gempa di pusat tumbukan itu kekuatannya mencapai M 8,7.

"Ini bukan prediksi, bukan ramalan, belum tentu terjadi. Itu bukan hanya analisis pakar gempa bumi dan tsunami dengan memperhitungkan kemungkinan terburuk," kata Dwikorita.

Menurut dia, kemungkinan terburuk itulah yang menjadi dasar acuan untuk melakukan mitigasi, yakni upaya untuk mengurangi atau mengendalikan risiko agar bila sewaktu-waktu terjadi gempa atau tsunami, masyarakat sudah siap baik sarana-prasarananya, keterampilannya untuk menyelamatkan diri, jalur evakuasinya, dan tempat-tempat amannya sudah disiapkan.

Baca juga: BMKG: Sudah 16 gempa merusak di Segmen Mentawai

Baca juga: BMKG imbau warga akhiri kepanikan terkait potensi gempa megathrust


Dengan kesiapan yang ada, kata dia, ketika terjadi gempa megathrust berdasarkan skenario terburuk itu, korban jiwanya bisa dihindarkan.

"Gempanya tidak bisa dicegah, tsunami tidak bisa dicegah, tetapi korban jiwanya yang dicegah. Inilah yang menjadi tujuan Sekolah Lapang Gempabumi dan Tsunami agar kalau sewaktu-waktu terjadi, Insyaallah masyarakat semestinya sudah siap dan tidak terjadi korban jiwa," katanya.

Terkait dengan hal itu, Dwikorita meminta kepada sukarelawan yang mengikuti kegiatan agar tidak menyimpan ilmunya untuk diri sendiri tetapi justru menyebarluaskan pengetahuannya kepada sanak saudara, kerabat atau masyarakat sekitar supaya yang selamat dari gempa bumi dan tsunami makin banyak.

Selain itu, pihaknya juga memohon kepada setiap Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) khususnya BPBD Kabupaten Cilacap untuk lebih sering menggelar latihan atau gladi evakuasi

"Agar bila sewaktu-waktu terjadi, masyarakat sudah paham terhadap apa yang harus dilakukan sehingga tidak panik dan bisa melakukan evakuasi dengan cekatan dan terampil," kata Dwikorita.

Sementara itu, Bupati Cilacap Tatto Suwarto Pamuji mengatakan gempa dan tsunami tidak ada yang bisa memrediksi.

"Jadi, mau tidak mau, suka tidak suka, semuanya harus siap. Tapi siapnya bukan sekadar siap," katanya.

Menurut dia, kesiapan tersebut harus didasari dengan pengetahuan yang diperoleh masyarakat khususnya para sukarelawan melalui Sekolah Lapang Gempabumi.

Ia mengharapkan seluruh peserta Sekolah Lapang Gempabumi setelah mengikuti pelatihan untuk menyebarluaskan ilmu dan pengetahuannya kepada masyarakat luas. 

Baca juga: Memahami gempa megathrust dan risikonya

Baca juga: BMKG: Kajian gempa-tsunami harus direspons upaya mitigasi nyata

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2022