Wali Kota Administrasi Jakarta Pusat (Jakpus) Dhany Sukma menargetkan stunting di Jakpus turun di bawah angka tiga persen meskipun target nasional di bawah 14 persen.Dokter anak akan memeriksa masa tulang, panjang tulang dan lainnya, jadi bukan karena gizi kurang lalu dapat dibilang stunting. Perlu ada diagnosa atau berbagai pemeriksaan baru bisa ditentukan stunting atau tidak
"Target nasional di bawah 14 persen. Kita harus turun di bawah tiga persen. Kita harus lebih baik dari sebelumnya," ucapnya dalam Kegiatan Aksi Satu Pemetaan dan Analisis Situasi Program Penurunan Stunting di kawasan Kemayoran, Jakarta Pusat, Rabu.
Meski target nasional dalam penurunan stunting di bawah 14 persen, Pemkot Jakpus telah sukses menurunkan angka stunting menjadi tiga persen pada tahun ini bahkan berhasil mendapatkan penghargaan tiga besar dalam aksi intervensi stunting.
Dhany menjelaskan berbagai intervensi penurunan stunting telah dilakukan mulai dari pemberian makan tambahan (PMT), pemantauan seribu hari kehidupan manusia, pemeriksaan kesehatan balita, intervensi kepada kelompok remaja dan kegiatan lainnya.
"Intervensi itu telah rutin teman-teman kesehatan beserta jajarannya lakukan, bahkan saat ini bukan hanya sekedar posyandu biasa tetapi posyandu holistik integrated yang mengkombinasikan aktivitas PAUD dengan tumbuh kembangnya," tuturnya.
Dhany Sukma berharap upaya-upaya yang dilakukan semua pihak dapat menekan angka stunting dan semua bisa bebas dari stunting.
Sementara itu, Kepala Suku Dinas (Sudin) Kesehatan Kota Administrasi Jakpus Rismasari mengatakan intervensi penurunan angka stunting telah dilakukan sejak masa remaja seperti pemberian tablet penambah darah dan human papillomavirus (HPV).
"Setelah dia menikah intervensinya lebih dalam lagi untuk mempersiapkan seribu hari kehamilannya. Bagaimana asupan gizinya, energi kroniknya, karena keadaan ibu hamil akan mempengaruhi janin yang akan dilahirkan," ucapnya.
Rismasari menjelaskan stunting tidak bisa dilihat dari tinggi ataupun berat badannya saja, tetapi ada faktor-faktor atau indikator lain yang menjadi acuan.
"Dokter anak akan memeriksa masa tulang, panjang tulang dan lainnya, jadi bukan karena gizi kurang lalu dapat dibilang stunting. Perlu ada diagnosa atau berbagai pemeriksaan baru bisa ditentukan stunting atau tidak," ujar dia.
Baca juga: Bayi prematur berisiko dua hingga tiga kali lipat menderita stunting
Baca juga: Bayi prematur sumbang stunting terbesar jika penanganan tak tepat
Pewarta: Hendri Sukma Indrawan
Editor: Santoso
Copyright © ANTARA 2022