• Beranda
  • Berita
  • Kenali gejala dan penanganan Diabetes Melitus Tipe 1 pada anak

Kenali gejala dan penanganan Diabetes Melitus Tipe 1 pada anak

28 Juli 2022 18:19 WIB
Kenali gejala dan penanganan Diabetes Melitus Tipe 1 pada anak
Ilustrasi (Pexels)

Gizi seimbang dapat terpenuhi ketika kita melakukan diet yang seimbang juga

Dokter spesialis anak dari Universitas Padjajaran Faisal Al Bukkar mengatakan terdapat beberapa gejala Diabetes Melitus Tipe 1 (DM1) dan cara untuk mengoptimalkan tumbuh kembang anak yang mengidapnya.

"Poliuria (sering buar air kecil), Polidipsi (sering merasa haus), Polifagia (banyak makan), berat badan menurun, dan merasa lemas," kata dr. Faisal, dikutip dari siaran pers mGanik Care, Kamis.

Ia menjelaskan, DM1 adalah kondisi serius di mana kadar glukosa darah meningkat terlalu tinggi karena tubuh tidak dapat membuat hormon insulin.

Baca juga: Lima artis yang meninggal karena riwayat diabetes

Keadaan ini disebabkan oleh reaksi autoimun, dimana sistem pertahanan tubuh menyerang sel-sel di pankreas yang memproduksi insulin. Akibatnya, tubuh hanya memproduksi sedikit insulin atau tidak sama sekali. Selain itu, kondisi genetik seseorang dan lingkungan juga menjadi penyebab dari DM1.

Lebih lanjut, tipe ini tidak memandang usia dan umumnya dialami oleh anak-anak atau dewasa muda. International Diabetes Federation (IDF) Atlas 10th Edition 2021 mencatat ada sebanyak 1.211.900 anak-anak dan remaja di bawah umur 20 tahun diperkirakan menderita Diabetes Tipe 1 secara global.

Bahkan, diperkirakan ada sekitar 108.200 anak dan remaja di bawah 15 tahun terdiagnosis setiap tahun. Jumlah ini meningkat menjadi 149.500 jika rentang usianya mencapai di bawah 20 tahun.

Sedangkan di Indonesia pada tahun 2021, IDF menjelaskan bahwa prevalensi anak-anak dan remaja rentang umur 0-19 tahun dengan DM1 tercatat ada sebanyak 8.580 anak, dimana angka ini naik dari 8.483 anak di tahun 2019.

Selain itu, dr. Faisal menerangkan jika gejala-gejala tersebut dialami oleh anak, orang tua harus membawanya langsung ke dokter dan meminta untuk dilakukan tes glukosa darah.

Baca juga: Kemenkes intensifkan skrining diabetes untuk efisiensi biaya rawat

"Tujuan pengobatan dan tatalaksana DM1 adalah untuk mencegah anak bebas dari gejala penyakit, terhindar dari komplikasi, mendukung dan mengoptimalkan tumbuh kembang anak, serta membantu dalam mengontrol metabolik yang baik tanpa menimbulkan hipoglikemia atau gula darah rendah," ujar dr. Faisal.

Selain rutin melakukan kontrol gula darah sehingga tetap terkendali, orang tua berperan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak guna mendukung tumbuh kembangnya.

"Anak perlu mendapatkan nutrisi sehingga mendapatkan gizi yang seimbang. Susunan beragam makanan sehari-hari yang dikonsumsi, mengandung zat gizi lengkap dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk mempertahankan kesehatan dan berat badan ideal," tambah dr. Christin Santun Sriati Lumbantobing, M.Gizi, SpGK, FINEM, AIFO-K.

Baca juga: Ahli gizi ingatkan agar lansia batasi asupan GGL

Untuk memenuhi gizi yang seimbang dalam mendukung tumbuh kembang anak dengan DM1, dr. Christin menjelaskan bahwa perlu menerapkan diet seimbang.

"Gizi seimbang dapat terpenuhi ketika kita melakukan diet yang seimbang juga. Mulai dari 50-55 persen karbohidrat, 10-15 persen protein, 30-35 persen minyak atau lemak, dan 4-5 porsi serat dari buah-buahan dan sayur-sayuran," jelas dr. Christin.

Co-Founder mGanik Group Jessica Rukmanto mengatakan bahwa orang tua perlu mendukung dan membantu anak-anak dalam mendapatkan perawatan yang tepat dan cepat. Hal ini bertujuan untuk membantu mereka dalam menjalani pemulihan kesehatan serta tumbuh kembang.

"Kami memahami bagaimana peran serta dari orang tua untuk membantu tumbuh kembang anak dengan DM1, dalam memastikan kadar glukosa darah tetap terkontrol serta memenuhi gizi seimbangnya. Dukungan dari orang tua menjadi semangat tersendiri untuk anak-anak dapat tumbuh kembang secara optimal," kata Jessica.

Baca juga: Dokter: Penyesuaian dosis obat bisa atasi gula darah rendah saat puasa

Baca juga: Kenali risiko luka pada pasien diabetes

Baca juga: Benarkah sariawan jadi gejala diabetes?

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022