Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggelar sosialisasi dan edukasi program Keluarga Berencana di Kampung Keluarga Berkualitas (KB) guna mencegah kehamilan yang tidak diinginkan.
“Tema yang kita usung ini adalah kehamilan yang tidak direncanakan. Tema utama dari ini kan sebenarnya launching laporan situasi kependudukan dunia tahun 2022 (SWOP),” kata Direktur Analisis Kependudukan BKKBN Faharuddin saat ditemui di Cianjur, Jawa Barat, Kamis.
Sosialisasi dan edukasi yang digelar di Kampung KB Tunagan, Desa Wangunjaya, Kecamatan Cugenang itu, membahas berbagai hal seputar kesehatan keluarga, seperti penggunaan alat kontrasepsi yang dapat memberikan jarak antar kehamilan dan kelahiran.
Hal lainnya, penguatan slogan 4T (4Terlalu) yakni tidak terlalu muda, tidak terlalu tua, tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sering untuk hamil dan melahirkan juga digencarkan sebagai upaya penurunan angka kematian ibu (AKI).
Selain itu, edukasi terkait pencegahan kekerdilan pada anak (stunting) diberikan dengan materi pemberian asupan gizi pada anak, pola asuh yang baik dan tepat serta beberapa penyebab stunting seperti lingkungan yang tidak layak huni dan lain sebagainya.
Dalam sosialisasi di Kampung KB itu dibagi menjadi dua grup yang mengikuti Focus Group Disscusion (FGD) secara bergantian. Satu grup berdiskusi mengenai kesehatan keluarga, sementara grup lain mengikuti diskusi terkait hasil riset kependudukan dari data BKKBN.
BKKBN ikut memaparkan semua upaya pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan keluarga, seperti dihadirkannya Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).
Perserta berasal dari warga kampung, ketua dan anggota Pokja Kampung KB Tunagan. Sementara materi edukasi juga diberikan bersama dengan pihak dari United Nations Population Fund (UNFPA) Indonesia.
Menurut Faharuddin, pemberian edukasi di Kampung KB itu karena daerah tersebut terpantau memiliki jumlah perkawinan anak yang tinggi. BKKBN melakukan pendekatan guna mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan saat kondisi ibu tidak ingin atau tidak memungkinkan untuk memiliki anak lagi.
Ia berharap lewat sosialisasi tersebut, para ayah dapat ikut lebih bertanggung jawab dalam merencanakan kehamilan, sehingga semua dampak buruk bagi kesehatan ibu dan anak dapat dicegah.
“Sebagai seorang ayah, saya mewakili, kita harus siap siaga dan peduli pada ibu dan anak, karena ini kan tanggung jawab bersama,” ujar dia.
Seorang warga Kampung KB, Hani (26) mengaku bersyukur karena hadirnya Kampung KB. Sebab, penduduk di kampungnya, sejak dulu banyak melakukan perkawinan anak setelah lepas sekolah di bangku SMP.
Ibu dari dua anak itu meminta agar sosialisasi yang dilakukan BKKBN tidak hanya difokuskan pada ibu-ibu saja, namun juga kepada para ayah agar dapat membentuk perilaku dan pola pikir yang lebih baik.
“Kalau bisa edukasi ini tidak ke ibu- ibunya saja. Kami mohon bapak-bapaknya juga dikasih tahu (pentingnya alat kontrasepsi),” ucap Hani.
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2022