Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan utilisasi industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) naik ke angka 70 persen, dimana sebelumnya hanya di bawah 50 persen, yang mengindikasikan bahwa industri tersebut pulih dari pandemi.
“Secara bertahap sektor ini sudah mulai pulih. Saat ini utilisasinya di angka 70 persen,” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Jumat, usai memberikan sambutan secara virtual pada 3rd Indonesia Textile Conference.
Sementara itu nilai ekspor TPT naik 28 persen dibanding tahun lalu, didorong oleh pakaian jadi dan benang.
“Investasi industri juga mengalami kenaikan sebesar 6,4 persen sampai triwulan I tahun 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya,” kata Menperin.
Pada 2025 industri TPT nasional ditargetkan dapat memenuhi sebagian besar permintaan domestik, mencapai peningkatan ekspor sebesar 15 persen per tahun, dan menjadi Top 5 manufaktur tekstil di dunia pada 2030 dengan spesialisasi functional clothing.
“Implementasi agenda Making Indonesia 4.0 di industri TPT telah dimulai dengan beberapa aktivitas mulai dari membangun konektivitas dan perbaikan alur aliran material TPT, kemudian training manajer transformasi 4.0 pada industri TPT,” tutur Menperin.
Baca juga: Kemenperin: 100 tahun industri TPT momentum dongkrak daya saing
Selain itu dilaksanakan pilot project daur ulang dan circular economy, penyiapan lighthouse nasional TPT 4.0 untuk sektor benang dan kain, verifikasi INDI 4.0, dan asesmen dalam rangka INDI Awards, serta insentif restrukturisasi mesin.
“Untuk mempercepat proses transformasi digital dan pencapaian target tersebut, Kemenperin telah membangun Pusat Industri Digital Indonesia (PIDI) 4.0 yang menawarkan lima layanan utama dalam membantu industri TPT secara khusus,” kata Menperin.
Di samping itu Kemenperin melakukan upgrading Politeknik STTT Bandung untuk menjadi capability center bagi pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) industri tekstil.
“Kami mengundang para pelaku industri tekstil untuk memanfaatkan layanan-layanan ini dalam rangka meningkatkan daya saing produk TPT nasional di pasar global,” kata Menperin.
Pada kesempatan tersebut Menperin Agus mengapresiasi Politeknik STTT Bandung yang telah berperan besar pada upaya kemajuan pendidikan dan industri tekstil nasional.
“Sebagai salah satu pendidikan tinggi vokasi di lingkungan Kemenperin, Politeknik STTT Bandung merupakan bagian dari ekosistem pembangunan industri nasional yang memiliki peran strategis dalam mensuplai tenaga kerja terampil sesuai dengan kebutuhan industri tekstil,” jelasnya.
Baca juga: Menperin: Seabad industri tekstil, momentum tingkatkan ekspor
Penyelenggaraan The 3rd Indonesia Textile Conference merupakan bagian dari rangkaian acara peringatan 100 tahun pendidikan tekstil di Indonesia.
“Usia 100 tahun menunjukkan eksistensi Politeknik STTT Bandung sebagai penyelenggara pendidikan yang telah menerapkan link and match dengan industri dan customized mengikuti pergerakan arah industri sehingga menjadi solusi penyediaan SDM industri yang kompeten,” papar menperin.
Selain itu, Politeknik STTT Bandung telah menjadi contoh baik pengelolaan pendidikan vokasi sehingga dijadikan benchmark oleh pendidikan vokasi lain.
Kepala Pusat Pengembangan Pendidikan Vokasi Industri Kemenperin Restu Yuni Widayati menambahkan dalam persaingan global, industri tekstil Indonesia harus menggeser dirinya dari keunggulan komparatif ke keunggulan kompetitif yang lebih berbasis pengetahuan dengan menguasai teknologi dan mengejar inovasi melalui pendidikan dan penelitian dan pengembangan (R&D).
Keduanya tidak dapat dipisahkan dan menjadi tulang punggung industri tekstil nasional.
“Dari aspek pengembangan SDM dan ketersediaan bahan baku, penyelenggaraan pendidikan tinggi bidang tekstil menjadi sangatlah penting. Untuk itu, upaya adaptasi penyelenggaraan pendidikan bidang tekstil harus terus dilakukan,” terangnya.
Baca juga: Kemenperin kembali gulirkan insentif potongan harga mesin industri TPT
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022