Ada semangat besar untuk menautkan hari besar nasional Singapura yang berselisih delapan hari dari Hari Kemerdekaan RI itu dengan partisipasi atlet para Singapura dalam ASEAN Para Games Solo 2022.
Singapura melihat atlet para mereka dibalut semangat menjadi semakin kuat dalam bingkai kebersamaan, sebagaimana dipesankan dalam lagu tema National Day mereka kali ini, "Stronger Together".
Baca juga: Rajamala, sang penolak bala di ASEAN Para Games 2022
Singapura berharap rakyatnya berkumpul mendukung atlet-atlet para mereka yang tengah berkompetisi di Solo 2022.
Salah satu syair lagu tema itu mendeklamasikan, "leaving no Singaporeans behind, in times like these we learn to live".
Dalam masa sulit seperti sekarang seharusnya orang semakin khusuk belajar untuk hidup dalam harmoni sehingga tidak ada satu pun bagian dari masyarakat yang tertinggal, termasuk penyandang disabilitas.
Sebaliknya manusia bisa saling menginspirasi, termasuk kemauan untuk menarik inspirasi dari penyandang disabilitas yang dalam ajang seperti ASEAN Para Games mengajarkan umat manusia tentang pantang menyerah dan menolak menyesali situasi fisik yang mungkin dianggap orang lain sebagai kekurangan.
Semangat "saya bisa" di kalangan atlet difabel inilah yang dipuji Presiden Singapura Halimah Yacob. Halimah yakin lebih dari sekadar olahraga, atlet-atlet para Singapura "akan menjadi mercusuar bagi rakyat Singapura untuk percaya kepada diri sendiri dan berusaha keras mewujudkan semua impian."
Tapi inspirasi atlet-atlet para ini bukan melulu dirasakan Singapura, karena negara-negara ASEAN lain termasuk Indonesia pun merasakan inspirasi itu karena memang universal.
Inspirasi dari penyandang disabilitas ini sendiri penting dalam menumbuhkan dan menguatkan rasa bahwa semua manusia itu setara. Bahwa tak ada yang superior terhadap yang lainnya, bahwa keterbatasan justru acap menciptakan keluarbiasaan yang akhirnya menjadi inspirasi untuk yang lain.
Indonesia sendiri menyampaikan pesan kesetaraan itu, seperti dipesankan dalam lagu tema "S for E" atau "Striving for Equality".
Di sini, Indonesia ingin menyatakan ASEAN Para Games adalah pentas bagaimana umat manusia, khususnya yang berada di Asia Tenggara, berjuang demi kesetaraan.
Perjuangan demi kesetaraan itu yang membuat disabilitas tak bisa lagi dipandang sebagai kekurangan yang lain dibandingkan dengan kelebihan yang dimiliki yang lainnya.
Sebaliknya, disabilitas adalah kondisi yang membuat manusia terus berjuang mendorong kesetaraan.
Dalam kaitan olahraga dan ASEAN Para Games, atlet-atlet para pun menjadi tak bisa lagi dipandang melulu dari perspektif medali atau rekor.
Mereka juga harus dipandang sebagai peluang menarik pelajaran dan inspirasi agar manusia hidup lebih baik dan lebih selaras.
Baca juga: Semangat kolektivitas dan inklusivitas dalam ASEAN Para Games 2022
Pahlawan
Dulu, disabilitas selalu dilihat dari sudut pandang medis yang akibatnya individu itu dipandang sakit dan kondisinya dianggap masalah untuk individu, bahkan beban untuk orang lain.
Pandangan negatif ini mempengaruhi cara orang berinteraksi dengan penyandang disabilitas. Sebaliknya, kondisi itu mempengaruhi cara penyandang disabilitas memandang perannya dalam masyarakat, termasuk dalam olahraga.
Tetapi perspektif itu perlahan pupus seiring dengan kian majunya pandangan masyarakat di mana disabilitas menjadi lebih didekati dari perspektif sosial bahwa penyandang disabilitas tak bisa dibatasi oleh keterbatasannya.
Perubahan pola pikir ini menyebabkan orang memiliki hak mengakses dan berperan serta yang sama dalam semua lapisan masyarakat, termasuk olahraga.
Di dalam dunia yang dari masa ke masa semakin mengentalkan semangat kesetaraan ini, akses itu pun menjadi hak yang melekat pada penyandang disabilitas.
Yang juga turut mengubah perspektif sosial mengenai penyandang disabilitas adalah cara media massa memotret kompetisi antar atlet para, termasuk dalam ASEAN Para Games 2022 ini.
Salah satu sumbangsih media adalah menggambarkan kisah hidup positif disabilitas yang perlahan meniadakan pandangan negatif tentang disabilitas.
Belakangan media mengekspos kontes-kontes olahraga antar atlet para seperti mereka mengekspos kompetisi olahraga profesional pada umumnya, bahkan pada tingkat dramatisasinya.
Perhelatan olah raga untuk penyandang disabilitas seperti ASEAN Para Games pun berubah menjadi wahana penting dalam mengubah persepsi masyarakat tentang disabilitas.
Jadi, tidak heran jika ketika atlet-atlet para ini dikalungi medali, manusia-manusia yang berjuang melewati batas kemampuannya itu dianggap pahlawan yang berhasil mengatasi kesulitan oleh banyak orang, termasuk para pembuat kebijakan.
Atlet-atlet para tidak hanya akan dianggap panutan untuk sesama atlet, khususnya sesama penyandang disabilitas, tetapi juga dikagumi masyarakat luas karena prestasi dan pencapaian yang ditorehkannya, terutama karena berjuang di bawah keterbatasan-keterbatasan.
Tidak hanya itu, keteladanan atlet para membuat mereka menjadi agen perubahan sosial, khususnya dalam memajukan sesama penyandang disabilitas.
Mereka menjadi pendorong untuk terciptanya perubahan sosial yang lebih baik dengan cara menyoroti ketidaksetaraan yang mungkin masih dihadapi kaum penyandang disabilitas.
Dan olahraga menjadi satu dari sedikit wilayah sosial yang ikut mendorong pupusnya ketidaksetaraan mengingat karakternya yang tidak pernah membatasi akses kepada siapa pun.
Lebih dari itu, olahraga, termasuk ASEAN Para Games 2022 di Solo, selalu tentang kesetaraan, tentang komitmen membangun masyarakat inklusif, tentang mendorong peran serta masyarakat dalam skala lebih luas, tentang perjuangan meninggikan kesetaraan, tentang "striving for equality".
Baca juga: Brunei Darussalam lengkapi kontingen peserta ASEAN Para Games 2022
Pewarta: Jafar M Sidik
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2022