Itu merupakan kali kedua Jakarta dipercaya menjadi tuan rumah turnamen selevel setelah Kejuaraan Konfederasi Bola Basket Asia (ABC) 1993 silam.
Di hadapan penonton yang memadati tribun Istora Gelora Bung Karno, Senayan, pada Minggu (24/7) lalu, Australia mengalahkan Lebanon dalam final dramatis yang berakhir dengan skor tipis 75-73 untuk mempertahankan gelar juara Piala FIBA Asia dua edisi beruntun.
Sebagai tuan rumah, Indonesia mengulangi capaian serupa 1993 yakni hanya bisa mengantungi satu kemenangan dari tiga pertandingan di fase penyisihan grup.
Sebagaimana pada 1993 mengalahkan Hong Kong 71-62 di pertandingan pertama fase grup, kali ini Indonesia juga memenangi laga pembuka Grup A dengan skor 80-54 atas Arab Saudi.
Selain nama-nama yang sudah lebih familiar menghiasi roster Merah Putih dalam beberapa tahun terakhir seperti Arki Wisnu Dikania, Andakara Prastawa Dhyaksa, Abraham Damar Grahita, dan Brandon Jawato, publik Istora dan Indonesia pada umumnya mendapat magnet baru selama Piala FIBA Asia.
Pemain naturalisasi Marques Bolden tampil meledak-ledak di gim pembuka lawan Arab Saudi dan berakhir mencetak 32 poin, mengamankan 16 rebound, serta melakukan enam blok dalam penampilan debutnya di Piala FIBA Asia.
Ada pula talenta muda Derrick Michael Xzavierro yang berkontribusi lewat 14 rebound, delapan poin, dan satu blok. Capaian menggembirakan yang menghidupkan optimisme bahwa pebasket berusia 19 tahun itu bakal jadi bagian penting dalam mencerahkan masa depan prestasi Indonesia.
Kehadiran Bolden dan Derrick serta kemenangan di gim pertama menyuntik optimisme dan melonjakkan ekspektasi di dua pertandingan fase grup berikutnya.
Sayangnya, Indonesia kemudian harus mengakui keunggulan Yordania 65-74 dan lantas kalah cukup telak 53-78 menghadapi Australia.
Indonesia hanya finis di urutan ketiga klasemen akhir Grup A dan dipaksa menjalani playoff yang melibatkan tim-tim posisi kedua-ketiga dalam memperebutkan tiket perempat final.
Baca juga: Indonesia enggan bersedih usai gagal ke Piala Dunia FIBA 2023
Arki dkk harus menghadapi China dalam pertandingan playoff tersebut dan sekali lagi dihadapkan pada kenyataan bahwa level bola basket Indonesia masih jauh untuk bisa berbicara banyak di Asia. Indonesia kalah dengan skor teramat telak 58-108 dari China.
Pil pahit yang tersisa adalah kegagalan ke perempat final Piala FIBA Asia 2022 juga berarti Indonesia harus merelakan kesempatan untuk tampil di Piala Dunia FIBA 2023.
Pasalnya, meski berstatus sebagai salah satu tuan rumah Piala Dunia 2023 bersama Filipina dan Jepang, Indonesia dibebani target oleh FIBA untuk mencapai delapan besar Piala FIBA Asia 2022 bila ingin mendapat tiket putaran final.
Terlepas dari itu, Indonesia telah memperbaiki performa mereka di Piala FIBA Asia 2022. Berhubung tidak ada laga klasifikasi pemeringkatan, Indonesia berakhir menempati peringkat ke-11 Piala FIBA Asia 2022 dengan catatan menang kalah 1-3 dan total poin 256-314.
Peringkat ke-11 itu menjadi capaian terbaik Indonesia dalam 37 tahun Piala FIBA Asia maupun kompetisi selevel penahulunya setelah menempati posisi serupa pada Kejuaraan ABC 1985 di Malaysia.
Jalur nonprestasi
Sehari setelah Pasukan Merah Putih kalah melawan China di playoff perebutan tiket perempat final Piala FIBA Asia 2022 Pengurus Pusat Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PP Perbasi) menggelar konferensi pers di GBK Arena, Jakarta, pada Kamis (21/7) pekan lalu.
"Belum lolos," demikian jawaban Ketum PP Perbasi Danny Kosasih ketika ditanya apakah Indonesia masih berkesempatan untuk tampil di Piala Dunia FIBA 2023.
"Saya yakin pasti akan lolos. Caranya, ada seribu jalan ke Roma, banyak jalan. Kita sedang berdekatan.
"Kalau Indonesia main di kandang, gedung penuh. Kita enggak mau penonton sedikit. Itu enggak bisa. Pasti mempengaruhi suporter. Apalagi Perbasi yang diberi tanggung jawab jadi tuan rumah.
"Kami akan berusaha semaksimal mungkin ke FIBA agar tolong dipertimbangkan. Support gede tapi gedung tak terpakai secara maksimal. Saya kita masih ada seribu jalan yang bisa ditempuh. Doakan aja," ujar Danny panjang lebar.
Baca juga: Perbasi tempuh beragam cara agar Indonesia tampil di Piala Dunia FIBA
Apa yang dikatakan Danny cukup ironis, mengingat bola basket adalah sebuah olahraga. Laiknya olahraga lain, sportivitas dan kepatuhan terhadap aturan adalah sebuah keharusan.
Secara tidak langsung Danny seperti mengemis sembari memalak FIBA. Ia seperti mengancam bahwa Piala Dunia tahun depan tidak akan berlangsung semarak di Indonesia, apabila tuan rumah tidak ambil bagian.
Sulit rasanya membayangkan apa tanggapan masyarakat bola basket sejagat apabila Indonesia betul-betul mendapatkan tiket putaran final Piala Dunia FIBA 2023 melalui cara yang bisa dianggap jalur nonprestasi.
Padahal, tanpa harus mengancam, memalak ataupun memelas, Indonesia bisa saja menyampaikan argumen yang setidaknya lebih etis.
Sebelum tampil di Piala FIBA Asia 2022, Indonesia sudah lebih dulu berhasil menyabet medali emas bola basket 5x5 putra SEA Games 2021 di Vietnam pada Mei lalu.
Indonesia sukses menghentikan dominasi Filipina yang sejak 1991 selalu menjadi langganan peraih emas bola basket putra SEA Games.
Di Piala FIBA Asia 2022, Filipina juga terhenti di babak playoff perebutan tiket perempat final setelah kalah 81-102 melawan Jepang.
Secara keseluruhan sepanjang turnamen, Filipina juga hanya memperoleh catatan menang kalah 1-3, setara dengan Indonesia, meski secara peringkat akhir Piala FIBA Asia 2022 mereka bertengger di urutan kesembilan dua strip di atas Merah Putih.
Fakta itu seharusnya bisa menjadi argumen yang bisa diajukan Perbasi kepada FIBA, ketimbang sekadar mengancam Piala Dunia tahun depan bakal sepi karena Indonesia tidak main.
Tidak ada kesempatan kedua
Berkenaan dengan kesempatan Indonesia tampil di putaran final Piala Dunia, FIBA juga sudah bersuara. Direktur Olahraga dan Kompetisi FIBA Predrag Bogosavljev mengingatkan bahwa Indonesia sejak awal sudah diberi target delapan besar Piala FIBA Asia 2022.
"Jadi spot yang terjamin adalah tuan rumah untuk partai final, dalam hal ini Filipina. Sedangkan tiket untuk tuan rumah lainnya tergantung level kompetitif timnya," kata Bogosavljev saat meninjau pembangunan Indonesia Arena pada Sabtu (23/7).
"Level kompetitif Jepang sudah memenuhi syarat itu. Dan bagi Indonesia, syaratnya adalah mencapai perempat final Piala Asia untuk memperoleh tiket langsung. Sayangnya itu tidak terjadi, dan praktisnya tidak ada kesempatan kedua bagi Indonesia untuk memperoleh tiket itu," ujarnya menambahkan.
Baca juga: FIBA optimistis Piala Dunia 2023 meriah meski tanpa tim tuan rumah
Indonesia sudah ambil bagian dalam kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023 zona Asia-Oseania, di mana Arki dkk gagal mengantungi satu kemenangan pun dari enam pertandingan di Grup C, di mana mereka bertemu Lebanon, Yordania, dan Arab Saudi.
Sedangkan Filipina finis di posisi kedua Grup A dan Jepang urutan ketiga Grup B. Keduanya tetap akan tampil dalam putaran kedua kualifikasi Piala Dunia FIBA 2023 zona Asia-Oseania.
Putaran kedua diikuti 12 tim yang dibagi ke dalam dua grup, yang bakal bertemu dua kali satu sama lain, dan nantinya tiga tim teratas masing-masing grup berhak mendapatkan tiket putaran final Piala Dunia FIBA 2023.
Dengan kebijakan semacam itu, sekali lagi ada baiknya Indonesia tidak menempuh argumen jalur nonprestasi demi tiket putaran final Piala Dunia tahun depan, yang sedikit banyak bakal mencoreng muka Erick Thohir, Menteri BUMN yang juga duduk di kursi FIBA Board Member.
Memuliakan tamu
Terlepas dari seribu jalan yang masih mungkin ditempuh oleh Perbasi untuk melempangkan langkah menuju putaran final Piala Dunia FIBA 2023, Indonesia sebaiknya mulai bersiap untuk menggelar pesta bola basket paling bergengsi sejagat itu.
Pemerintah Indonesia sudah mengucurkan tak kurang dari Rp693 miliar untuk membangun gedung olahraga multfungsi indoor, Indonesia Arena, di dalam kompleks Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, yang nantinya akan dipakai sebagai venue Piala Dunia FIBA 2023.
Ketika meninjau proyek Indonesia Arena pada Jumat (8/7), Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono menyatakan proses pembangunan telah mencapai 32 persen.
Lancarnya proses pembangunan membuat Basuki percaya diri bahwa Indonesia Arena bisa rampung lebih cepat dari target awal Maret 2023.
"Berdasarkan kontrak, stadion multifungsi ini rampung Maret 2023. Tetapi dengan progres yang cukup baik ini semoga rampung Desember 2022," kata Basuki.
Praktis, Indonesia akan "dibebani" tugas untuk mengisi arena yang berkapasitas total 16.000 hingga 16.500 penonton ketika bintang-bintang bola basket sejagat beraksi pada 25 Agustus s.d. 10 September tahun depan.
Baca juga: Sosialisasi jadi tantangan songsong Piala Dunia FIBA 2023 di Indonesia
Menurut Ketua Panitia Penyelenggara Piala FIBA Asia 2022 Junas Miradiarsyah, Indonesia memiliki pekerjaan rumah berupa sosialisasi yang lebih gencar demi menyukseskan Piala Dunia tahun depan.
"Menurut saya sosialisasi sudah baik untuk level Asia dan selanjutnya untuk level dunia, karena tahun depan Piala Dunia FIBA juga di kita, itu perlu ditingkatkan lagi, Perlu lebih jauh-jauh hari lagi," katanya kepada Antara, Kamis (28/7).
Sosialisasi tersebut penting untuk menarik lebih banyak penonton di luar kalangan penggila bola basket untuk turut memenuhi tribun Indonesia Arena dalam Piala Dunia FIBA tahun depan.
Salah satu yang bisa ditempuh adalah dengan memperbanyak unsur hiburan di luar lapangan yang bisa menarik masyarakat umum untuk hadir di Piala Dunia FIBA 2023.
Potensi penonton Piala Dunia FIBA 2023 jelas besar, mengingat Piala FIBA Asia 2022 sudah bisa melampaui jumlah penonton edisi sebelumnya.
Istora berhasil menjaring 55.000 penonton selama penyelenggaraan, melampaui angka yang tercapai edisi sebelumnya yakni 42.000 di Zouk Mikael, Lebanon, pada 2017 silam.
Baca juga: Animo penonton Piala FIBA Asia 2022 lampaui edisi 2017
Memenuhi tribun Indonesia Arena dan menciptakan atmosfer kelas Piala Dunia FIBA 2023 adalah salah satu bentuk lain dalam memuliakan tamu kita tahun depan, entah itu para pemain dan staf tim maupun penggemar basket dari mancanegara.
Sebab dalam hal mengakomodasi kebutuhan kontingen peserta, Indonesia sudah mendapat acungan jempol dari FIBA berkaca pada penyelenggaraan Piala FIBA Asia 2022.
"Saya tadi juga mendapatkan apresiasi luar biasa dari seluruh FIBA disampaikan kepada Pak Menpora, kepada Ketua Perbasi, ini adalah penyelenggaraan kejuaraan FIBA Asia Cup terbaik yang pernah mereka rasakan," kata Erick Thohir setelah menghadiri final Piala FIBA Asia 2022 di Istora, Minggu (24/7) pekan lalu.
"Tidak hanya kesiapan panitia, tapi juga kesiapan fasilitas. Mereka yakin Indonesia bisa mempersiapkan dengan baik Piala Dunia tahun depan. Mereka benar-benar mendorong perkembangan bola basket Indonesia ke depan," ujarnya menambahkan.
Indonesia sudah punya sederet modal positif menyongsong pesta bola basket dunia tahun depan, oleh karena itu mari menjadi tuan rumah dan penonton Piala Dunia FIBA 2023 yang baik.
Baca juga: Maskot JIP diluncurkan tandai hitung mundur Piala Dunia FIBA 2023
Pewarta: Gilang Galiartha
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2022