Saham global naik 7,0 persen bulan lalu dan pasar obligasi menguat ketika investor mulai mencari puncak suku bunga resmi, mengingat pertumbuhan ekonomi yang melambat.
Pasar telah mengumpulkan tenaga setelah kenaikan Federal Reserve 75 basis poin minggu lalu dan komentar tentang ekonomi dari ketua Fed Jerome Powell.
"Ada perasaan lega bahwa Fed setidaknya memperhatikan perlambatan pertumbuhan. Mereka tidak akan keras kepala dan terus menaikkan suku bunga karena ekonomi jatuh ke dalam resesi gelap yang dalam," kata Giles Coghlan, kepala analis mata uang. di HYCM.
Selain itu, perkiraan optimis dari Apple dan Amazon pada Jumat (29/7/2022) mendorong indeks S&P 500 dan Nasdaq ke kenaikan persentase bulanan terbesar sejak 2020.
Indeks ekuitas dunia MSCI naik 0,23 persen. Namun demikian, indeks S&P berjangka turun 0,18 persen, menunjukkan pembukaan yang lebih rendah di Wall Street, setelah indeks naik 1,42 persen pada Jumat (29/7/2022), juga ke tertinggi tujuh minggu.
Survei manufaktur ISM AS untuk Juli dijadwalkan pada pukul 14.00 GMT, diperkirakan akan memberikan pembacaan ekspansif 52, menurut jajak pendapat Reuters.
"Kami tidak berpikir AS berada dalam resesi yang khas, tetapi hampir pasti akan berada dalam beberapa kuartal," kata analis Deutsche Bank dalam sebuah catatan.
"Penundaan itu mendukung pasar relatif terhadap apa yang diperkirakan beberapa minggu lalu, tetapi sulit untuk mengatakan prospeknya positif."
Data pada Senin menunjukkan kontraksi di manufaktur di Prancis dan Jerman.
Saham Eropa naik 0,17 persen dan FTSE Inggris naik 0,33 persen. Bank-bank sentral di Inggris, Australia dan India semuanya diperkirakan akan menaikkan suku bunga lagi minggu ini.
Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang naik 0,15 persen tetapi tetap dalam kisaran baru-baru ini.
Ukuran resmi aktivitas pabrik China mengalami kontraksi pada Juli karena wabah virus baru membebani permintaan, dan indeks manajer pembelian (PMI) Caixin juga meleset dari perkiraan.
Saham-saham unggulan China mencapai posisi terendah enam minggu sebelum pulih untuk diperdagangkan 0,25 persen lebih tinggi.
Nikkei Jepang bertambah 0,7 persen dan KOSPI Korea Selatan tetap stabil.
Spekulan telah secara besar-besaran menjual yen terhadap dolar di tengah taruhan kenaikan suku bunga dan mendapati diri mereka terjepit oleh perubahan haluan yang tiba-tiba. Dolar turun 0,5 persen pada 132,60 yen, setelah mencapai posisi terendah enam minggu.
Dolar bernasib sedikit lebih baik terhadap euro, yang menghadapi krisis energi Eropa, dan hampir tidak membuat kemajuan apa pun minggu lalu. Euro terakhir naik 0,13 persen pada 1,0231 dolar.
Dolar turun 0,3 persen pada 105,650 terhadap sekeranjang mata uang, dibandingkan dengan tertinggi 20 tahun baru-baru ini di 109,290.
Pasar obligasi juga telah reli dengan keras, dengan imbal hasil 10-tahun AS turun 35 basis poin bulan lalu dalam penurunan terbesar sejak dimulainya pandemi. Imbal hasil terakhir di 2,6848 persen, setelah mencapai level terendah dalam hampir empat bulan pada Jumat (29/7/2022).
Kurva imbal hasil tetap terbalik tajam, menunjukkan investor obligasi lebih pesimis terhadap ekonomi daripada ekuitas mereka.
Imbal hasil obligasi pemerintah 10-tahun Italia turun ke posisi terendah dua bulan.
Penurunan dolar dan imbal hasil telah melegakan emas, yang stabil di 1.763 dolar AS per ounce setelah memantul 2,2 persen minggu lalu.
Harga minyak melemah karena data manufaktur yang lemah dari China dan Jepang membebani prospek permintaan, sementara investor bersiap untuk pertemuan pejabat OPEC minggu ini dan produsen utama lainnya mengenai penyesuaian pasokan.
Minyak mentah AS turun 48 sen menjadi 98,13 dolar AS per barel, sementara Brent stabil di 104,17 dolar AS per barel.
Baca juga: Saham Asia mengawali perdagangan dengan lambat, data China melemah
Baca juga: Saham global sedikit menguat, aktivitas bisnis lemah pukul euro
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022