"Monkeypox bukan dimasukkan dalam penyakit infeksi menular seksual, tapi karena kontak eratnya. Kalau ada beberapa laporan menunjukkan adanya kasus pada populasi khusus itu meningkat, itu kita pahami bahwa memang karena kontak eratnya," ujar perwakilan Perdoski, Prasetyadi Mawardi dalam konferensi pers daring yang diikuti di Jakarta, Selasa.
Baca juga: Satgas Monkeypox IDI: Belum ada kasus cacar monyet di Indonesia
Ia mengatakan kontak erat dengan orang terkonfirmasi cacar monyet akan memudahkan terjadinya penularan.
Selain itu, individu-individu yang memiliki komorbiditas atau orang dengan status kekebalan tubuhnya relatif rendah juga berisiko tinggi terkena cacar monyet.
"Apapun virusnya akan membuat individu-individu itu menjadi lebih lama sembuh, lebih berat penyakitnya dibandingkan individu-individu yang sehat," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Satgas Monkeypox PB IDI, Hanny Nilasari menambahkan infeksi cacar monyet tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok pasangan sejenis atau karena hubungan seksual.
"Memang banyak dilaporkan beberapa kasus pada populasi khusus, seperti gay, lesbian dan juga HIV. Itu dilaporkan populasi yang cukup banyak terkena dampak dari monkeypox ini," ujarnya.
Baca juga: Pemerintah dukung penguatan edukasi mengenai penyakit cacar monyet
Baca juga: IDI ingatkan peningkatan kewaspadaan setelah cacar monyet masuk ASEAN
Menurutnya, banyaknya kasus pada kelompok itu disebabkan oleh kontak erat, yakni melalui sentuhan fisik dengan pasien cacar monyet.
"Kontak seksual tentu melakukan kontak yang sangat erat dari kulit ke kulit atau mukosa ke mukosa, itu justru bisa mentransfer virusnya," ucapnya.
Ia mengakui ada permintaan vaksin cacar monyet dari kelompok LGBT yang khawatir tertular karena merasa dirinya menjadi populasi yang berisiko.
"Vaksin untuk cacar monyet memang belum disetujui oleh BPOM meskipun sudah ada dua vaksin yang menjadi rekomendasi dari (Center for Disease Control and Prevention (CDC) atau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)," katanya.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022