• Beranda
  • Berita
  • Dirut: Mitratel jadi "tower provider" terbesar di Asia Tenggara

Dirut: Mitratel jadi "tower provider" terbesar di Asia Tenggara

2 Agustus 2022 21:16 WIB
Dirut: Mitratel jadi "tower provider" terbesar di Asia Tenggara
Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko (tengah) dalam Media Gathering di Jakarta, Selasa (2/8/2022). ANTARA/Kuntum Riswan.

Mitratel sekarang ini menjadi tower company terbesar secara kepemilikan jumlah tower di kawasan Asia Tenggara, kepemilikan kami menjadi 34.800, dan yang nomor duanya jauh di bawah kami

PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (Mitratel) resmi menjadi perusahaan penyedia menara telekomunikasi (tower provider) terbesar di Asia Tenggara usai mengakuisisi 6.000 unit menara telekomunikasi milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel.)

“Mitratel sekarang ini menjadi tower company terbesar secara kepemilikan jumlah tower di kawasan Asia Tenggara, kepemilikan kami menjadi 34.800, dan yang nomor duanya jauh di bawah kami," kata Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko dalam Media Gathering di Jakarta, Selasa.

Theodorus yang akrab disapa Teddy menyampaikan akuisisi tersebut dapat menjadi modal utama untuk market expansion dan mendukung akselerasi implementasi jaringan 5G di Indonesia, menambah alat produksi Mitratel dan menegaskan Mitratel sebagai perusahaan tower provider terbesar di Asia Tenggara.

“Mitratel senantiasa melakukan transformasi bisnis untuk memastikan bisnis telekomunikasi memiliki ruang yang sangat luas dan Mitratel mempunyai ruang yang lebih luas untuk menumbuhkan bisnis jangka panjang,” ucapnya.

Pada kesempatan yang sama Direktur Investasi Mitratel Hendra Purnama menyampaikan akuisisi yang resmi ditandatangani pada Jumat (29/7) itu berbeda dengan akuisisi sebelumnya karena 60 persen towernya adalah tower micro dengan tinggi berkisar 10-15 meter dan berpotensi untuk jaringan 5G.

Untuk posisi menara, lanjutnya, sebanyak 58 persen berada di kawasan perkotaan dan disusul kawasan sub-urban dengan persentase 29 persen dan kawasan pedesaan sebanyak 13 persen.

Lewat akuisisi tersebut membuat anak perusahaan Telkom tersebut mendapat additional new contract hampir Rp9,6 triliun untuk 10 tahun. Sehingga jika dijumlahkan dengan nilai kontrak yang ada mencapai Rp42 triliun.

“Kalau kita lihat dari tahun 2018 sampai saat ini, pertumbuhan dari kontraknya Mitratel itu ada di 26 persen. Ini jumlah growth yang bisa dibilang sangat signifikan,” ungkap dia.

Lebih lanjut Hendra mengungkapkan bahwa melalui akuisisi tersebut dan kinerja gemilang selama Semester 1 2022, membuat Mitratel kembali merevisi guidance untuk 2022. Ia menuturkan, pada awalnya Mitratel target penambahan 6.000 tower dilakukan secara bertahap dengan jumlah 3.000 tower pada 2022 dan 3.000 lagi pada 2023, namun target tersebut berhasil diselesaikan dalam 1 tahun.

Oleh karenanya Mitratel melakukan penyesuaian dari berbagai sisi, seperti revenue yang awalnya naik 10-11 persen pada akhir tahun diubah menjadi 12 persen. Lalu kenaikan EBTIDA yang diubah menjadi 15 persen dari sebelumnya 13 persen, CAPEX yang meningkat menjadi Rp14 triliun.

“Kalau awal tahun pembangunan tower kita sebutkan 750, kita confidence di 1.000. Dan dari sisi fiber optic, ternyata di semester pertama kita sudah bisa mendapatkan 8.000 dan pada tahun ini kita bisa confidence bisa membangun 9.000 km,” jelas Hendra.

Baca juga: Mitratel akuisisi lagi 6.000 menara Telkomsel senilai Rp10,28 triliun
Baca juga: Mitratel bukukan pendapatan Rp3,72 triliun pada semester I-2022
Baca juga: Saham Mitratel jadi anggota baru indeks IDX80 dan Kompas100

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022