Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto ingin Bank Indonesia tidak terburu-buru meningkatkan suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate yang saat ini sebesar 3,50 persen.
Pasalnya meskipun inflasi tahunan telah mencapai 4,94 persen pada Juli 2021, inflasi inti masih rendah sebesar 2,86 persen secara tahunan.
“Sehingga angkanya masih rendah dan ekonominya masih dalam pemulihan. Jadi kami berharap Bank Indonesia tidak perlu terburu-buru meningkatkan suku bunga acuan apalagi DPK (Dana Pihak Ketiga) perbankan masih di atas 10 persen dan kredit juga masih relatif di bawah,” katanya.
Selain itu, ia memandang kondisi perbankan masih solid sehingga peningkatan suku bunga acuan BI belum mendesak untuk dilakukan.
Baca juga: Harga tiket masuk Pulau Komodo akan dievaluasi
Pada Juni 2022, DPK bank umum mencapai Rp7.602 triliun atau tumbuh 9,13 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Pada saat yang sama, bank umum tercatat telah menyalurkan kredit Rp6.177 triliun atau baru tumbuh 10,66 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya dengan tingkat kredit macet atau Non Performing Loan (NPL) terjaga di level 2,86 persen.
Airlangga mengatakan di tengah ketidakpastian global, indikator eksternal Indonesia relatif baik sebagaimana tercermin dari surplus neraca perdagangan sepanjang semester I 2022 mencapai 24,89 miliar dolar AS atau lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun lalu tercatat 11,84 miliar dolar AS.
Kemudian neraca transaksi berjalan hingga kuartal I mencapai 0,07 persen terhadap PDB.
"Kondisi nilai tukar rupiah pun dalam kondisi stabil di bawah Rp15.000 per dolar AS dan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diantara 6.500 hingga 7.000 dan cadangan devisa Juli pun terpantau masih tinggi sebesar 132 miliar dolar AS dan rasio utang turun di level 32 persen terhadap PDB," ucapnya.
Baca juga: Presiden minta pengembangan lahan sorgum hingga 154 ribu ha di NTT
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2022