Pada kuartal I dan II 2022, konsumsi pemerintah tercatat mengalami kontraksi masing-masing 7,74 persen dan 5,24 persen secara tahunan.
"Apabila belanja di kuartal II masih bisa kita dorong maka akan kita akan alihkan belanja pemerintah di kuartal III dan kuartal IV karena secara siklus anggaran akan (meningkat) di akhir. Sehingga kuartal I dan II relatif lebih rendah," katanya dalam Konferensi Pers di Jakarta, Jumat.
Airlanga menerangkan belanja pemerintah di kuartal I dan II menurun dibandingkan tahun lalu karena pada saat itu pemerintah menggenjot serapan di tengah peningkatan penyebaran COVID-19 guna menjaga pertumbuhan ekonomi, melalui bantuan sosial dan perlindungan sosial.
Airlangga juga membantah konsumsi pemerintah menurun karena perlambatan penyaluran anggaran program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang di semester I 2022.
"Penyerapan PEN tidak maksimal sebab jumlah kasus aktif COVID-19 menurun, karena salah satu anggaran tertinggi dalam program PEN yakni untuk kesehatan senilai Rp 122,5 triliun yang tidak kita maksimalkan," tuturnya.
Sementara itu, Ketua Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono sebelumnya mengatakan belanja pemerintah di kuartal II terkontraksi karena penurunan realisasi belanja pegawai dan belanja barang jasa dalam APBN.
Belanja pemerintah pun menjadi satu-satunya sisi pengeluaran yang mengalami pertumbuhan negatif di kuartal II 2022.
Sementara itu, konsumsi rumah tangga tumbuh signifikan 5,51 persen secara tahunan, investasi tumbuh 3,07 persen, ekspor tumbuh 19,74 persen, impor tumbuh 12,34 persen, dan konsumsi LNPRT tumbuh 5,04 persen.
"Meski pertumbuhan belanja pemerintah negatif, nyatanya masih memberikan kontribusi 6,94 persen terhadap laju pertumbuhan ekonomi nasional," ucapnya.
Baca juga: Presiden minta tetap beli produk dalam negeri meski harga lebih mahal
Baca juga: Luhut dorong percepatan realisasi belanja produk dalam negeri
Pewarta: Sanya Dinda Susanti
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022