• Beranda
  • Berita
  • China batalkan kerja sama AS dan urungkan pertemuan dengan Jepang

China batalkan kerja sama AS dan urungkan pertemuan dengan Jepang

5 Agustus 2022 21:24 WIB
China batalkan kerja sama AS dan urungkan pertemuan dengan Jepang
Seorang pendukung pro-China menginjak foto Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi saat memprotes kunjungannya ke Taiwan di luar Konsulat Jenderal Amerika Serikat di Hong Kong, China, Rabu (03/08/2022). (REUTERS/Tyrone Siu/rwa/RST) (REUTERS/TYRONE SIU)
China mengumumkan delapan tindakan balasan terhadap Amerika Serikat sebagai respons atas kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan baru-baru ini.

Akibat pengabaian terhadap protes keras China terkait dengan kunjungan Pelosi ke Taiwan, maka pada 5 Agustus 2022 Kementerian Luar Negeri China (MFA) mengumumkan beberapa tindakan balasan.

Dari delapan tindakan balasan tersebut, tiga di antaranya pembatalan kerja sama militer China-AS yang meliputi Dialog Tingkat Komando Armada (TCT), Dialog Koordinasi Kebijakan Pertahanan (DPCT), dan Forum Pertemuan Kesepakatan Konsultatif Militer Laut (MMCA).

Sementara lima sisanya berupa penangguhan kerja sama China-AS dalam hal repatriasi pendatang haram, kerja sama perbantuan hukum terkait masalah kriminal, kerja sama memerangi kejahatan transnasional, kerja sama penanggulangan narkotika, dan dialog perubahan iklim, demikian pengumuman MFA di Beijing, Jumat.

Menteri Luar Negeri China Wang Yi juga batal melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Jepang Hayashi Yoshimasa di sela-sela pertemuan antarmenlu ASEAN di Phnom Penh, Kamboja, yang dijadwalkan pada Kamis (4/8).

Pembatalan pertemuan bilateral tersebut sebagai buntut dari pernyataan bersama anggota Kelompok Tujuh Negara (G7) dan Uni Eropa yang memojokkan China terkait permasalahan Taiwan.

"China tidak jadi menggelar pertemuan antarmenlu dengan Jepang di Phnom Penh. Jepang bertanggung jawab historis terhadap permasalahan Taiwan sehingga tidak seharusnya membuat pernyataan yang tidak bertanggung jawab," kata juru bicara MFA Hua Chunying.

Menurut dia, secara historis Taiwan berada di bawah kekuasaan kolonial Jepang selama 50 tahun sehingga menyebabkan kesengsaraan bagi warga Taiwan.

Dalam pernyataan bersamanya, G7 merasa prihatin atas tindakan ancaman China di Selat Taiwan sehingga meningkatkan ketegangan di Selat.

G7 mendesak China tidak mengubah status quo secara sepihak dengan tindakan kekerasan di Selat Taiwan dan menyelesaikan perbedaan dengan cara damai. 

Baca juga: AS sebut aksi China di sekitar Taiwan tak tepat dan tak berimbang
Baca juga: Pelosi kunjungi Jepang setelah lawatan ke Taiwan bikin China berang
Baca juga: China: Latihan tempur untuk cegah kolusi antara AS dan Taiwan

Pewarta: M. Irfan Ilmie
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022