• Beranda
  • Berita
  • Harga minyak menguat, namun catat kerugian mingguan yang tajam

Harga minyak menguat, namun catat kerugian mingguan yang tajam

6 Agustus 2022 05:59 WIB
Harga minyak menguat, namun catat kerugian mingguan yang tajam
Arsip foto - Anjungan dan pengeboran minyak dan gas bumi jack up rig laut Soehanah. ANTARA/HO-SKK Migas/pri.

Bagaimana kebijakan sanksi minyak Rusia ini terguncang akan menjadi salah satu masalah paling penting yang harus diperhatikan selama sisa tahun ini

Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), menghapus beberapa kerugian minggu ini karena data pertumbuhan pekerjaan AS yang kuat, tetapi mengakhiri pekan ini di level terendah sejak Februari, diguncang oleh kekhawatiran resesi dapat memukul permintaan bahan bakar.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman September bertambah 47 sen atau 0,5 persen, menjadi menetap di 89,01 dolar AS per barel. Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober menguat 80 sen atau 0,9 persen, menjadi ditutup di 94,92 dolar AS per barel.

Untuk minggu ini, patokan minyak mentah AS turun 9,7 persen, sementara Brent turun 8,7 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.

Pertumbuhan pekerjaan AS secara tak terduga meningkat pada Juli karena data penggajian nonpertanian (NFP) meningkat 528.000 pekerjaan, kenaikan terbesar sejak Februari, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pada Jumat (5/8/2022).

"Ini adalah data ekonomi yang kuat yang mendukung kenaikan pasar minyak hari ini," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.

Pedagang minyak minggu ini telah resah tentang inflasi, pertumbuhan ekonomi dan permintaan, tetapi tanda-tanda pasokan yang ketat membuat harga relatif bertahan.

Jumlah rig minyak, indikator awal produksi masa depan, turun tujuh menjadi 598 dalam seminggu hingga 5 Agustus, penurunan mingguan pertama dalam 10 minggu, perusahaan jasa energi Baker Hughes Co mengatakan dalam laporannya yang diikuti secara ketat pada Jumat (5/8/2022).

Kekhawatiran resesi telah meningkat sejak peringatan bank sentral Inggris (BoE) pada Kamis (4/8/2022) tentang penurunan berlarut-larut setelah menaikkan suku bunga terbesar sejak 1995.

"Jelas, semua orang menganggap ancaman resesi jauh lebih serius karena kami masih melihat pasar yang sangat ketat dan produsen tidak memiliki kapasitas untuk mengubahnya," kata Craig Erlam, analis pasar senior di Oanda di London, dikutip dari Reuters.

Persediaan masih relatif ketat, dengan harga didorong masih lebih tinggi daripada bulan-bulan mendatang, struktur pasar yang dikenal sebagai backwardation.

Kelompok produsen OPEC+ sepakat minggu ini untuk menaikkan target produksi minyaknya sebesar 100.000 barel per hari (bph) pada September, tetapi ini adalah salah satu kenaikan terkecil sejak kuota tersebut diperkenalkan pada tahun 1982, data OPEC menunjukkan.

Kekhawatiran pasokan diperkirakan akan meningkat mendekati musim dingin, dengan sanksi Uni Eropa yang melarang impor minyak mentah dan produk minyak Rusia melalui laut mulai berlaku pada 5 Desember.

"Dengan Uni Eropa menghentikan impor Rusia melalui laut, ada pertanyaan kunci apakah produsen Timur Tengah akan mengalihkan barel mereka ke Eropa untuk mengisi kekosongan," kata analis RBC Michael Tran.

"Bagaimana kebijakan sanksi minyak Rusia ini terguncang akan menjadi salah satu masalah paling penting yang harus diperhatikan selama sisa tahun ini."

Baca juga: Harga minyak jatuh, namun saham Asia menguat di tengah khawatir resesi
Baca juga: Harga minyak lanjutkan penurunan di Asia, dipicu khawatir permintaan
Baca juga: Harga minyak jatuh ke terendah sejak sebelum invansi Ukraina

Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022