• Beranda
  • Berita
  • Satgas: Waspadai peningkatan angka kematian dengan tingkatkan prokes

Satgas: Waspadai peningkatan angka kematian dengan tingkatkan prokes

11 Agustus 2022 17:39 WIB
Satgas: Waspadai peningkatan angka kematian dengan tingkatkan prokes
Arsip - Ketua Satgas COVID-19 Prof dr Zubairi Djoerban Sp.PD menyampaikan penjelasnnya terkait virus corona COVID-19 di kantor IDI Jakarta, Kamis (5/3/2020). (ANTARA/Aditya Ramadhan/am).
Ketua Satgas Penanganan COVID-19 dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban  mengatakan angka kematian akibat COVID-19 yang mengalami tren peningkatan perlu disikapi dengan menerapkan protokol kesehatan serta vaksinasi dosis penguat.

"Angka kematian yang cukup tinggi adalah alasan agar kita masih harus berhati-hati dan tetap pakai masker. Karena kita juga tidak tahu kapan akan terinfeksi COVID-19, jangan jemawa," kata Zubairi Djoerban yang dikonfirmasi di Jakarta, Kamis.

Pada Rabu (10/8), secara nasional penambahan kasus aktif COVID-19 sebanyak 1.002 orang. Sehingga total kasus aktif 52.043 orang.

Pasien yang meninggal pada hari itu tercatat sebanyak 18 jiwa, sehingga total kematian menjadi 157.149 jiwa. Sedangkan angka kesembuhan bertambah 4.906 orang.

Baca juga: Epidemiolog: Booster pertama harus diprioritaskan

Baca juga: Menko Airlangga luncurkan buku penanganan dan vaksinasi COVID-19


Zubairi mengatakan beberapa gejala COVID-19 yang muncul di antaranya pegal linu, batuk bersin, suara serak. Jika mengalami hal tersebut, maka perlu konsultasi kepada dokter.

"Prinsipnya kalau demam lebih sehari apalagi tiga hari, pergi ke dokter untuk pastikan penyebab demamnya apa," katanya.

Beberapa waktu lalu, Presiden Joko Widodo sudah mengingatkan kepada seluruh elemen masyarakat bahwa COVID-19 masih ada. Penggunaan masker di dalam dan luar ruangan menjadi wajib di tengah kondisi penularan kembali naik dan munculnya varian baru.

"Saya juga ingin mengingatkan kepada kita semuanya bahwa COVID-19 masih ada. Oleh sebab itu, baik di dalam ruangan maupun di luar ruangan, memakai masker adalah masih sebuah keharusan," katanya.

Presiden juga meminta masyarakat untuk mendapatkan vaksinasi dosis satu, dua dan booster karena sangat penting meningkatkan kekebalan imunitas hingga dua kali lipat.

Vaksinasi booster juga bisa melindungi orang tua dan masyarakat yang memiliki komorbid.

Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono dalam konferensi pers Serosurvei Nasional Ketiga hari ini mengatakan proporsi masyarakat Indonesia yang memiliki kadar antibodi terhadap SARS-CoV-2 meningkat menjadi 98,5 persen berdasarkan hasil serologi survei (serosurvei) pada Juli 2022.

Dalam tiga tahapan serosurvei yang bergulir Desember 2021, Maret 2022, dan Juli 2022, diperoleh laporan median kadar antibodi masyarakat meningkat dari 444 unit per mm, jadi 2.097 unit per mm.

Menurut Pandu, jumlah antibodi itu cukup untuk menekan risiko keparahan akibat infeksi COVID-19, bahkan menghindari risiko kematian.

Ia mengatakan kadar antibodi tertinggi berdasarkan kelompok umur dialami masyarakat usia 60 tahun ke atas.

"Di atas 18 tahun juga mulai meninggi karena kelompok 18 tahun ke atas sudah ada program vaksin booster sejak Januari 2022. Sehingga pas Juli terjadi peningkatan," katanya.*

Baca juga: Menko Airlangga sebut alokasi dana untuk PC PEN berakhir tahun 2022

Baca juga: Serosurvei ketiga ungkap 98,5 persen penduduk memiliki antibodi

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022