Kondisi itu menyoroti kemajuan terbatas dalam upaya mendorong penggunaan gelas pakai ulang dan pengurangan limbah, menurut sebuah survei baru-baru ini oleh Greenpeace Jepang.
Kelompok konservasi lingkungan itu mengatakan sampah tahunan dari ritel-ritel kopi di Jepang sebanyak itu setara dengan satu juta sampah gelas plastik dan kertas sekali pakai dalam sehari.
Jika gelas-gelas itu ditumpuk akan "sama dengan ketinggian 10.000 lebih Gunung Fuji" atau lebih dari 37.000 kilometer.
Kelompok tersebut mensurvei Starbucks, Tully's Coffee, Pronto, Doutor, Caffe Veloce, Excelsior Caffe, Ueshima Coffee House, Cafe de Crie dan Komeda, dengan mengirimkan sejumlah daftar pertanyaan, mengamati toko mereka, menganalisis data penjualan, dan catatan lainnya.
Starbucks diperkirakan menjadi pengguna gelas sekali pakai terbanyak dengan total sekitar 231,7 juta gelas, 142,1 juta di antaranya merupakan gelas plastik.
Tully’s Coffee dan Pronto menyusul Starbucks dengan menyumbangkan masing-masing 72,5 juta dan 35,3 juta gelas sekali pakai.
Ketiga perusahaan ritel kopi itu sebagian besar menyajikan minuman dalam gelas sekali pakai, bahkan untuk pelanggan yang mengkonsumsi di tempat, akibatnya ritel-ritel tersebut kian tergantung pada gelas sekali pakai, kata Greenpeace.
Starbucks, Tully’s Coffee, dan Pronto masing-masing menyajikan 3 persen, 20 persen dan 31 persen minuman mereka dalam gelas yang dapat digunakan kembali, menurut survei Greenpeace.
Perusahaan ritel Komeda yang berbasis di Nagoya menyajikan hampir semua produk minumannya dalam gelas yang dapat digunakan kembali, menurut survei tersebut.
Seorang pejabat humas di Starbucks Coffee Japan Ltd. mengatakan kepada Kyodo bahwa perusahaan ritel kopi yang berkantor pusat di Seattle, Amerika Serikat itu telah menetapkan target global untuk mengurangi separuh limbahnya pada 2030 dibandingkan dengan 2019.
Sebagai bagian dari upaya itu, cabang Starbucks di Jepang telah menyajikan minuman dingin dalam gelas-gelas pakai ulang di 106 gerainya sejak April 2022, dan sedang menawarkan penggunaan gelas yang bukan sekali pakai selama percobaan untuk minuman yang dibawa pulang, menurut pejabat humas Starbucks.
Laporan Greenpeace itu juga menyebutkan bahwa sekitar 91.000 gelas sekali pakai dibuang setiap jam di kafe-kafe Jepang saja.
"Sebagian besar dari gelas tersebut dibakar, atau lebih parah lagi, dibuang secara tidak benar ke lingkungan sekitar. Untuk itu, tindakan bersama dari sektor kafe dan pemerintahan sangat dibutuhkan untuk mengakhiri banyaknya sampah gelas sekali pakai dan bertransisi menuju sistem berdasarkan prinsip 'kurangi, gunakan kembali, dan isi ulang," kata Greenpeace.
Kepala penelitian sirkulasi sumber daya dan pengelolaan limbah di Institut Nasional untuk Studi Lingkungan Tomohiro Tasaki mengatakan salah satu langkah yang dapat segera dilakukan oleh ritel-ritel kopi untuk mengurangi sampah plastik adalah beralih ke gelas yang dapat digunakan kembali untuk layanan makan di tempat.
"Mereka seharusnya dapat mempromosikan peralihan secara perlahan ke penggunaan gelas yang bukan sekali pakai dengan mengimplementasikan sistem baru yang membebankan biaya tambahan untuk gelas sekali pakai dan memberikan diskon kepada pelanggan yang tidak menggunakan gelas sekali pakai," ujar Tasaki.
Sumber: Kyodo-OANA
Baca juga: Jepang ambil langkah perangi inflasi karena harga naik berdampak besar
Baca juga: Parlemen Jepang bertemu junta Myanmar minta bebaskan Toru Kubota
Pewarta: Yuni Arisandy Sinaga
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2022