Dari citra satelit terpantau adanya awan comulonimbus, ciri-cirinya berwarna gelap, tebal. Biasanya disertai angin kencang dan mengeluarkan petir
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengatakan hujan es terjadi di Kecamatan Lindu, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, pada Senin (15/8) dipicu pergerakan awan comulonimbus yang menyelimuti langit wilayah tersebut.
"Dari citra satelit terpantau adanya awan comulonimbus, ciri-cirinya berwarna gelap, tebal. Biasanya disertai angin kencang dan mengeluarkan petir," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Mutiara Sis Al-Jufri Palu Nur Alim yang dihubungi di Palu, Selasa, menanggapi fenomena hujan es di Sigi.
Ia menjelaskan fenomena alam tersebut masih sangat wajar karena ketinggian beberapa kilometer di atas langit, awan tidak hanya mengandung air tapi juga butiran es karena terjadi perubahan suhu mengakibatkan benda cair menjadi padat.
Apalagi Kecamatan Lindu berada di daerah ketinggian di atas 1.000 meter dari permukaan laut (MDPL), sehingga kondisi ini sangat wajar.
"Cuaca ekstrem pada daerah-daerah tertentu terkadang menimbulkan fenomena-fenomena yang tidak bisa terjadi pada umumnya, wajar bila menimbulkan kekhawatiran di tengah masyarakat. Fenomena ini sebetulnya masih dalam kondisi normal," tutur Alim.
Baca juga: BMKG: Waspadai hujan intensitas lebat di pegunungan Sumatera Utara
Baca juga: BMKG prediksi empat kabupaten di Malut alami cuaca buruk
Baca juga: BMKG: Waspadai hujan intensitas lebat di pegunungan Sumatera Utara
Baca juga: BMKG prediksi empat kabupaten di Malut alami cuaca buruk
Menurut dia, secara keilmuan meteorologi bila awan comulonimbus terbentuk sangat tinggi atau perubahan warna semakin gelap, tidak menutup kemungkinan memicu turunnya butiran-butiran es dari langit selain air hujan.
Ia mengimbau masyarakat tidak panik bila menemukan kondisi cuaca seperti itu, namun tetap mengenali ciri alam. "Kewaspadaan penting, tetapi jangan panik berlebihan. Karena kepanikan berlebihan justru dapat memicu ancaman lain," ucap Alim.
Ia menambahkan, bila masyarakat melihat gumpalan awan comulonimbus sebaiknya tidak beraktivitas di luar rumah, serta menghindari pepohonan dan tempat-tempat yang berpotensi dapat menimbulkan celaka.
Dilaporkan, sejumlah atap rumah warga di Desa Olu, Kecamatan Lindu rusak diterjang angin kencang akibat cuaca ekstrem. "Bertahan di dalam rumah lebih aman sambil menunggu cuaca kembali membaik," demikian Alim.
Baca juga: BMKG peringatkan potensi hujan lebat sejumlah wilayah Indonesia
Baca juga: BMKG: Gempa M 5,2 Jawa Tengah dirasakan di Karimun Jawa hingga Jepara
Baca juga: BMKG peringatkan potensi hujan lebat sejumlah wilayah Indonesia
Baca juga: BMKG: Gempa M 5,2 Jawa Tengah dirasakan di Karimun Jawa hingga Jepara
Pewarta: Mohamad Ridwan
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022