Duta Besar Republik Indonesia untuk Jepang dan Federasi Mikronesia Heri Akhmadi mengajak warga negara Indonesia (WNI) di Jepang untuk bangkit lebih kuat dalam menghadapi pandemi dan krisis dalam momentum peringatan HUT ke-77 RI.
“Kita berada di luar negeri ini tentu mempunyai tugas untuk membantu pemulihan negara baik perekonomian maupun COVID-19. Pulih lebih cepat dan bangkit lebih kuat,” kata Heri dalam sambutannya pada perayaan HUT ke-77 RI di Balai Indonesia, Sekolah Republik Indonesia Tokyo (SRIT), Tokyo, Rabu.
Bahkan, Heri meminta agar pemulihan tidak hanya mencapai posisi sama sebelum pandemi, tetapi jauh lebih kuat dan maju.
“Ini menjadi tekad bersama,” ujarnya.
Dalam momentum HUT ke-77 RI, dia berharap angka yang sangat baik itu menjadi awal yang baik dari perjuangan Bangsa Indonesia selama ini.
“77 tahun yang lalu kita berusaha memerdekakan diri dari penjajah. 77 tahun kemudian kita harus bekerja keras untuk membela bangsa kita keluar dari pandemi dan krisis ekonomi dunia yang demikian luar biasa,”
Dia menjelaskan pada 17 Agustus 77 tahun yang lalu bertepatan dengan bulan Ramadhan yang juga bulan perjuangan.
“Hendaknya kita mengambil makna perjuangan itu karena pada saat kemerdekaan perjuangannya sangat berat,” katanya.
Heri menuturkan kemerdekaan Indonesia hanya berselang dua hari setelah pernyataan Jepang menyerah kepada sekutu pada Perang Dunia II.
Dalam kekosongan kekuasaan tersebut, Bapak Bangsa Soekarno mengambil kesempatan tersebut untuk memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
“Dengan demikian Indonesia merdeka bukan karena hadiah Jepang. Jepang sudah menyerah tidak mungkin orang yang sudah menyerah memberikan kemerdekaan ke Indonesia. Indonesia merdeka adalah buah dari perjuangan kita semua,” katanya.
Tidak terkecuali, lanjut dia, peran pemuda pada saat itu sangat penting sekali dalam merembukkan dengan “menculik” Soekarno untuk segera memerdekakan Indonesia.
Namun, perjuangan tidak berhenti sampai di situ. Kemerdekaan Indonesia baru diakui oleh Belanda empat tahun kemudian setelah Sekutu menang dalam Perang Dunia II.
Dalam kurun waktu tersebut terjadilah pertempuran besar, salah satunya pertempuran di Surabaya yang saat ini diperingati sebagai Hari Pahlawan setiap 10 November.
“Kemerdekaan itu sesuatu yang diperjuangkan bukan yang diterima saja. Semuanya itu adalah upaya membangun kesadaran bangsa bahwa Indonesia dibangun bukan atas dasar etnis tapi bangsa Indonesia sebagai sebuah kesamaan nasib seperjuangan memperjuangkan Indonesia,” katanya.
Untuk itu, Heri mengatakan Indonesia sebagai negara dengan etnis terbanyak yakni hingga 200 etnis dan lebih dari 400 bahasa daerah, harus tetap bersatu di bawah naungan Bhineka Tunggal Ika.
“Oleh karena itu, dengan sangat bijaksana saya menyatakan bahwa slogan untuk bersatu dalam keragaman, Unity in Diversity ini penting sekali pada peringatan hari ini dan hari-hari nasional lain,” katanya.
Baca juga: KBRI Tokyo laksanakan upacara HUT ke-77 RI di Sekolah Indonesia
Baca juga: Sambut HUT ke-76 RI, KBRI Tokyo gelar wayang kulit berbahasa Jepang
Baca juga: KBRI Tokyo dorong kemitraan universitas Jepang dalam Merdeka Belajar
Pewarta: Juwita Trisna Rahayu
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022