• Beranda
  • Berita
  • Pelestarian budaya "Maelo Pukek" didukung Menteri KKP

Pelestarian budaya "Maelo Pukek" didukung Menteri KKP

21 Agustus 2022 20:33 WIB
Pelestarian budaya "Maelo Pukek" didukung Menteri KKP
Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono memraktikkan tradisi "Maelo Pukek" bersama nelayan di kawasan Purus, Padang, Sumatera Barat (Sumbar), pada Ahad (21/8/2022). FOTO ANTARA/HO-KKP

Tradisi Maelo Pukek harus didukung karena kearifan lokal selalu mempertimbangkan keseimbangan alam

Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono mendukung pelestarian tradisi "Maelo Pukek" yang dipraktikkan secara turun-temurun oleh nelayan di Minangkabau, Sumatera Barat (Sumbar).

"Maelo Pukek adalah kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestarikan karena merupakan budaya turun temurun. Tradisi Maelo Pukek harus didukung karena kearifan lokal selalu mempertimbangkan keseimbangan alam," katanya di Padang, Ahad (21/8) usai meresmikan langsung gapura Kampung Tematik Elo Pukek di kawasan Pantai Purus, Padang.

Peresmian gapura tersebut dilakukan dalam acara puncak Exploring Mandeh: Road To Bulan Cinta Laut (BCL), dihadiri oleh anggota DPD RI Emma Yohanna, Wali Kota Padang, perwakilan Pemprov Sumbar, dan Pemkab Pesisir Selatan, dan lainnya.

Menteri KKP mengatakan meskipun "Maelo Pukek" tujuan utamanya adalah menangkap ikan, namun di sisi selain efektif menjadi beach cleaner untuk mengatasi masalah sampah-sampah plastik yang berada di perairan pantai.

Ia meminta kepada jajaran di Kementerian Kelautan dan Perikanan agar menggerakkan kearifan lokal tersebut sehingga bisa berkembang dengan baik.

"Maelo pukek" berasal dari bahasa Minangkabau yang artinya adalah menarik pukat.

Maelo pukek merupakan cara tradisional yang dilakukan oleh nelayan Minangkabau untuk menangkap ikan di pinggir laut atau pantai.

Nelayan terlebih dahulu menyebarkan pukek atau pukat ke laut menggunakan perahu, kemudian setelah menunggu lebih dari lima belas menit pukat tersebut ditarik dan ikan-ikan terjebak pada bagian jaring.

"Ini merupakan budaya menangkap ikan yang tidak merusak lingkungan atau laut sehingga perlu terus didukung," katanya.

Pada bagian lain, dalam kegiatan serupa juga digelar aksi bersih-bersih sampah yang melibatkan ratusan orang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Para peserta berasal dari berbagai kalangan seperti pelajar, perwakilan pemerintah daerah, TNI, Polri, pegiat lingkungan, hingga masyarakat nelayan.

Kegiatan ini juga dimeriahkan dengan penampilan spektakuler grup drumband Politeknik KP Pariaman.

Sakti Wahyu Trenggono menambahkan kegiatan bersih-bersih laut dari sampah sebelumnya juga dilakukan di Perairan Mandeh, Kabupaten Pesisir Selatan, oleh peserta Turnamen Fotografi dan Videografi Bawah Air Exploring Mandeh Road To Bulan Cinta Laut, bersama tim Kementerian Kelautan dan Perikanan.

Puncak acara Exploring Mandeh Road To Bulan Cinta Laut juga diisi Pameran BCL Corner yang menghadirkan potret upaya komprehensif yang dilakukan KKP, LSM, maupun komunitas untuk meningkatkan kesehatan laut.

Kemudian pengumuman dan penyerahan hadiah kepada para pemenang turnamen Fotografi dan Videografi Bawah Air untuk tiga kategori yakni Video Kreatif, Foto Makro, dan Wide Angle, serta Juara Umum.

Pelaksanaan pengambilan gambar dilakukan pada 17 dan 18 Agustus 2022 di perairan Mandeh dengan objek bangkai Kapal MV Boelongan Nederland yang tenggelam 100 tahun lalu, serta biota laut di sekitaran Pantai Cubadak.

Sementara itu, Asisten Khusus Menteri Kelautan dan Perikanan Bidang Media dan Komunikasi Publik Doni Ismanto yang merupakan ketua panitia acara menyebutkan rangkaian kegiatan Exploring Mandeh: Road To Bulan Cinta Laut merupakan bagian dari "countdown" pelaksanaan "kick off" Bulan Cinta Laut yang akan diresmikan secara nasional dalam waktu dekat.

Acara tersebut juga digelar untuk membantu mempromosikan potensi wisata bahari di Sumatera Barat demi mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Pemilihan Sumatera Barat sebagai lokasi untuk Road To BCL tidak lepas dari pertimbangan Ranah Minang sebagai daerah pesisir yang memiliki banyak potensi kelautan dan perikanan.

Kementerian Kelautan dan Perikanan juga memiliki sejumlah program penting di Sumbar seperti kampung budidaya, dan kampung nelayan maju.

Sebagai informasi, Program Bulan Cinta Laut (BCL) dirancang khusus untuk mengentaskan persoalan sampah plastik di laut.

Program yang digagas oleh Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono itu tidak sekadar mengajak masyarakat membersihkan sampah di pantai, namun turut mendorong nelayan agar mengambil sampah di laut. Hasilnya nanti akan dikonversi dengan harga terendah ikan saat itu, demikian Doni Ismanto.

Baca juga: Menteri Trenggono: Tradisi Maleo Pukek dilestarikan bersihkan laut

Baca juga: KKP: Kearifan lokal pondasi jaga kekayaan sumber daya laut nasional

Baca juga: KKP: Kampung budi daya maksimalkan komoditas kearifan perikanan lokal

Baca juga: Neraca sumber daya laut perlu perhatikan aspek kearifan lokal pesisir

Pewarta: Laila Syafarud
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022