• Beranda
  • Berita
  • Perlu jejaring perkuat sinergi data hadapi cuaca ekstrem

Perlu jejaring perkuat sinergi data hadapi cuaca ekstrem

23 Agustus 2022 20:33 WIB
Perlu jejaring perkuat sinergi data hadapi cuaca ekstrem
Tangkapan layar - Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam Seminar Ilmiah: "Kejadian Ekstrim dan Perubahan Iklim" daring di Jakarta, Selasa (23/8/2022). ANTARA/Devi Nindy.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyebut perlunya jejaring dengan para pemangku kepentingan hingga pakar untuk memperkuat sinergi data dalam menghadapi cuaca ekstrem.

Dwikorita dalam Seminar Ilmiah: "Kejadian Ekstrem dan Perubahan Iklim" daring di Jakarta, Selasa, menyebut bagi BMKG, fenomena perubahan iklim yang berdampak pada kondisi ekstrem, mengakibatkan lompatan kejadian ekstrem.

BMKG mencatat telah terjadi 70 kali kejadian ekstrem dalam 2-3 tahun terakhir akibat perubahan iklim. Selain itu, kejadian siklon juga sering terjadi.

Menurut dia, bahwa bekerja secara rutin dan sesuai standar operasional prosedur (SOP) tidaklah cukup. BMKG perlu meningkatkan kapasitas, baik daya analitik, big data, peralatan mendeteksi secara dini fenomena alam, maupun memproyeksikan ke depannya.

"Oleh karena itu kami harus semakin mempererat, semakin memperkuat jaringan, sistem dan kerja sama dengan berbagai pihak, terutama dengan para pakar, pakar atmosfer, pakar iklim di Indonesia. Alhamdulillah banyak perguruan tinggi yang mendalami hal tersebut," ujar dia.

Baca juga: Unpatti - BMKG kerja sama penelitian dan pengabdian masyarakat

Ia menjelaskan fenomena cuaca ekstrem adalah hal yang luar biasa karena kejadiannya bisa dengan cepat.

Untuk itu, BMKG harus lebih sering untuk menjalin komunikasi antar-data dengan para pakar, salah satunya melalui seminar ilmiah tersebut, agar terjadi sinergi.

Menurutnya, keberhasilan akan terjadi apabila di saat terjadi cuaca ekstrem, data-data tersebut telah bersinergi, sehingga dapat mencegah terjadinya kastatropik, atau bencana yang berdampak besar.

"Itu adalah tolak ukur kerja kita berhasil. Sehingga meskipun si pemilik data sedang istirahat sedang tidur, tetapi alarm sudah meraung-raung, peringatan ini sudah tersebar sebelum kejadian itu," kata Dwikorita.

Baca juga: BMKG dorong komunitas internasional bangun sistem peringatan dini
Baca juga: BMKG gandeng JICA kembangkan sistem peringatan dini gempa dan tsunami
Baca juga: BMKG: Peringatan dini dan tindakan dini harus sejalan

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2022