Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Pol. R. Ahmad Nurwahid mengatakan generasi muda Indonesia harus siap menghadapi segala macam ancaman, termasuk ancaman terhadap paham yang bertentangan dengan ideologi Pancasila, demi mencapai Indonesia Emas 2045.Kita ambil jalan tengah, itulah Pancasila.
"Dibutuhkan ketahanan ideologi demi tercapainya Indonesia Emas 2045," kata Nurwahid dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.
Oleh karena itu, kata dia, generasi muda harus kuat menghadapi segala macam bentuk ancaman dari dalam maupun dari luar sehingga perlu ketahanan ideologi.
Ketika membuka kegiatan Regenerasi Duta Damai Dunia Maya Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar, Selasa (23/8), Nurwahid menjelaskan bahwa ancaman ideologi salah satunya adalah ancaman ideologi radikalisme.
Dikatakan pula bahwa ideologi atau paham radikalisme adalah paham yang digunakan dengan distorsi agama yang digunakan kelompok-kelompok tertentu demi tujuan politik mereka.
"Radikalisme adalah ideologi atau paham yang dibangun dengan mendistorsi agama, memanipulasi agama, dengan tujuan politik kekuasaan yang tujuan akhirnya mendirikan negara agama versi mereka, dengan ideologi khilafah menurut versi mereka," ungkap alumnus Akpol 1989 ini.
Mantan Kabagbanops Detasemen Khusus (Densus) 88/Antiteror Polri ini mengemukakan bahwa penyebaran ideologi atau paham radikal ini ibarat virus-virus. Jika dibiarkan, dapat sebabkan perselisihan dalam masyarakat.
"Mereka menebar virus-virus fitnah ideologi, fitnah bagi agama yang bertentangan dengan nilai-nilai luhur agama. Mereka juga mengadu domba antar-umat beragama, menimbulkan fobia terhadap umat beragama. Kalau dibiarkan, akan timbulkan konflik," katanya.
Ia menyebutkan beberapa virus di antaranya suka mengafirkan orang lain. Jika terkena virus takfiri, orangnya menjadi eksklusif dan menjadi intoleran.
Oleh karena itu, Nurwahid menekankan bahwa generasi muda harus tetap kuat dalam menahan segala macam tantangan ideologi sehingga bisa terus berada di jalan tengah sekaligus bisa menggapai impian Indonesia Emas pada tahun 2045.
"Kita harus kuat berada di tengah. Jangan terbawa ke kiri dan jangan juga terbawa ke kanan. Esensi baik ideologi kanan kita ambil, esensi ideologi kiri kita ambil. Kita ambil jalan tengah, itulah Pancasila," ujarnya.
Baca juga: Wapres: Perlu gerakan terkoordinasi tangani terorisme dan radikalisme
Baca juga: BNPT beri pemahaman ketahanan nasional bagi ribuan guru di DKI
Pewarta: Joko Susilo
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022