"Overthinking termasuk masalah mental health? Iya, karena dampaknya banyak bisa ke produktivitas, rasa berharga akan diri sendiri. Kalau terus dipelihara nanti mengarah ke stres sampai depresi," kata dia dalam sebuah bincang kesehatan di Jakarta, Kamis.
Menurut Indah, orang-orang seringkali memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan saat ini sehingga menyebabkan mereka overthinking.
Baca juga: Studi: Pandemi ubah pengalaman bermimpi dan kesehatan mental
Dia lalu mengatakan, kondisi mental terkait erat dengan fisik, sehingga saat seseorang mengalami kondisi stres tertentu, maka otomatis yang bereaksi bukan hanya psikis tetapi juga fisiknya. Berbicara stres, Indah menyarankan orang-orang memahami kondisi dirinya. Apabila mereka masih mempunyai tenaga cukup, suasana hati positif dan merasa apa yang dihadapi prioritas, maka hadapilah.
"Tetapi kalau bukan prioritas, enggak mood, energi sudah habis, istirahat dulu. Karena seringkali kondisi stres muncul karena kita terlalu memaksakan diri untuk mengerjakan sesuatu yang di luar kapasitas kita," kata dia.
Terkait cara mengatasi overthinking, psikoterapis dari Jerman Reuben Berger. Dia, seperti dikutip dari DW merekomendasikan orang-orang segera menghentikan pikiran negatif yang muncul. Menurut dia, katakan "tidak" pada diri sendiri.
"Ketika pikiran negatif datang, Anda berkata pada diri sendiri: 'Berhenti!, ini lebih efektif ketika Anda benar-benar mengucapkan kata itu dengan keras," kata dia.
Berger mengatakan, ide utamanya yakni mengkondisikan diri untuk menghentikan lingkaran kekhawatiran semisal membuat prediksi masa depan atau merenungi peristiwa masa lalu yang membuat overthinking.
Menurut dia, cara ini memang dapat memakan waktu hingga dua minggu untuk diterapkan dan perlu dipraktikkan setiap hari.
"Konsistensi sangat penting," demikian pesan Berger.
Baca juga: Ketahui sebab munculnya "overthinking" dan cara mengatasinya
Baca juga: Kiat atasi "overthinking"
Baca juga: Khloe Kardashian mengaku sering "overthinking" karena media sosial
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022