Surabaya (ANTARA News) - Perum Perhutani Unit II Jatim, yang terus berusaha mengembangkan pasar ekspor, kali ini mengekspor berbagai produk mebel untuk taman (garden furniture/GF) sebanyak 103 set senilai 21.389 dolar AS ke Inggris.
"Ekspor ini merupakan ekspor perdana tahun ini. Produk yang kita ekspor berupa GF ke Southampton," kata General Manager (GM) Kesatuan Bisnis Mandiri (KBM) Industri Kayu Gresik, Bambang Prayogo, ditemui disela persiapan pengapalan di Gresik, Selasa.
KBM Industri Gresik yang sebelumnya bernama Kesatuan Industri Pengolah Kayu Jati Gresik kini telah menjalin kerjasama dengan sejumlah mitra kerja pengolahan (KSP) untuk menghasilkan berbagai produk kayu jati olahan seperti mebel, vinil (kayu pelapis), teakwood dan flooring.
Perusahaan yang selama ini menjalin KSP dengan Perhutani diantaranya PT Wonojati Wijoyo, Kingfurn International, Antamas Tekad Makmur, Bangun Sarana Wisesa serta Unggul Prasetya Andana.
Selain mebel, Perum Perhutani kini juga menyiapkan ekspor vinil ke pasar Eropa maupun Asia. Vinil yang diekspor ke Eropa dengan ketebalan 0,6 mm dan untuk pasar Asia dengan ketebalan 0,25 mm.
Menurut Bambang, negara-negara Eropa selama ini banyak melakukan pembelian melalui buyer di Italia, sedangkan pasar Asia yang telah membeli vinil Perhutani diantaranya Malaysia.
"Untuk pasar Eropa, pembeli disana sudah membentuk konsorsium bernama `Tabu`. Permintaan mereka tak terbatas. Seluruh produk vinil Perhutani maunya diminta, tapi produk kita masih terbatas seiring dengan pembatasan produksi kayu sebagai bahan baku," katanya.
Ia mengemukakan, untuk memenuhi permintaan vinil pasar Eropa dibutuhkan bahan baku kayu jati antara 1.500 -1.600 meter kubik, tapi berdasarkan inventarisasi sementara potensi hutan hanya sekitar 775 meter kubik.
Dengan tingginya permintaan pasar terhadap produk Perhutani itu maka dia optimistis target penjualan yang dibebankan perusahaan kepada dirinya sebesar Rp170 miliar pada 2006 akan tercapai, meskipun pada 2005 KBM Industri Kayu Gresik hanya merealisasikan penjualan Rp21 miliar.
"Asal bahan baku tercukupi, saya optimis target akan tercapai, bahkan bisa menembus Rp190 miliar," katanya.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006