Komisioner Tinggi Michelle Bachelet, mantan presiden Chile, menghadapi sejumlah kritikan dari masyarakat sipil karena dianggap bersikap terlalu lembek terhadap China selama kunjungan awal tahun ini.
Sejak itu, ia mengatakan tidak akan mencalonkan diri kembali sebagai komisioner karena alasan pribadi.
Laporan itu dikerjakan selama tiga tahun dan dijanjikan selama berbulan-bulan, namun tidak publikasi atas alasan yang tak jelas.
"Kami berupaya keras untuk melakukan apa yang telah saya janjikan," kata Bachelet saat konferensi pers di Jenewa. Ia merujuk pada janji untuk merilis laporan tersebut sebelum akhir masa jabatannya pada 31 Agustus.
Ketika diminta untuk menjelaskan mengapa laporan itu belum dirilis, ia mengatakan perlu waktu untuk memadukan informasi baru dari kunjungannya pada Mei.
Sejumlah kelompok pembela hak asasi manusia (HAM) menuding Beijing melakukan pelanggaran terhadap warga Uighur yang tinggal di kawasan barat, Xinjiang, seperti pemanfaatan buruh paksa secara massal di kamp-kamp penahanan.
China membantah keras tudingan persekusi negara terhadap Uighur, minoritas etnik yang sebagian besar terdiri dari kalangan Muslim dan berjumlah sekitar 10 juta orang.
Pada Juli, Reuters melaporkan bahwa China meminta Bachelet agar mengubur laporan tersebut, menurut sepucuk surat berbahasa China, yang keberadaannya dibenarkan oleh sejumlah diplomat dari negara-negara yang menerimanya.
Bachelet mengonfirmasi pada Kamis telah mendapatkan surat itu, yang katanya ditandatangani sekitar 40 negara lainnya.
Ia menambahkan bahwa kantornya tidak akan meladeni tekanan semacam itu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Xinjiang University rilis laporan situasi kerja berbagai etnis
Baca juga: Di Xinjiang, Xi Jinping singgung perkembangan Islam
Xinjiang gelar kompetisi olahraga etnis minoritas
Pewarta: Asri Mayang Sari
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022