• Beranda
  • Berita
  • Rusia tidak akan hentikan perang meski Ukraina tidak masuk NATO

Rusia tidak akan hentikan perang meski Ukraina tidak masuk NATO

27 Agustus 2022 14:19 WIB
Rusia tidak akan hentikan perang meski Ukraina tidak masuk NATO
Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev di Moskow, Rusia. ANTARA/REUERS/Pool-Sputnik/Yulia Zyryanova/as.
Sekutu utama Presiden Rusia Vladimir Putin pada Jumat mengatakan bahwa Moskow tidak akan menghentikan serangan militer di Ukraina meski Kiev secara resmi mengubur aspirasinya untuk bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Mantan presiden Dmitry Medvedev, yang sekarang merupakan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, juga mengatakan dalam sebuah wawancara televisi Prancis bahwa Rusia siap mengadakan pembicaraan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dengan beberapa syarat tertentu.

Bahkan sebelum memulai invasi pada Februari, Moskow menjelaskan bahwa keanggotaan Ukraina di NATO tidak dapat diterima.

"Melepaskan partisipasinya di Aliansi Atlantik Utara sekarang penting, tapi itu sudah tidak cukup untuk bisa membangun perdamaian," kata Medvedev kepada televisi LCI melalui kutipan yang dilaporkan oleh kantor berita Rusia.

Rusia, kata dia, akan melanjutkan serangan sampai tujuannya tercapai. Putin mengatakan dia ingin "mendenazifikasi" Ukraina. Kiev dan Barat mengatakan hal itu merupakan dalih perang yang tidak berdasar demi melakukan penaklukan.

Rusia dan Ukraina telah menggelar beberapa kali perundingan setelah invasi, tetapi sejauh ini tidak ada kemajuan dan hanya ada sedikit prospek untuk melanjutkan kembali perundingan.

"Ini (perundingan) akan tergantung pada bagaimana beberapa peristiwa akan terungkap. Kami sudah siap sebelum bertemu (Zelenskyy)," kata Medvedev.

Dalam komentarnya, dia juga mengatakan bahwa senjata Amerika Serikat (AS) yang sudah disuplai ke Ukraina - seperti peluncuran roket ganda HIMARS - belum memberikan ancaman yang berarti.

Tapi itu bisa berubah, kata dia, jika AS mengirimkan senjata yang dapat mengenai target pada jarak yang lebih jauh.

"Artinya ketika rudal semacam ini terbang sejauh 70 km, itu satu hal biasa," katanya.

"Tapi, ketika jaraknya 300-400 km, itu hal berbeda, itu akan menjadi ancaman langsung bagi wilayah Federasi Rusia," kata dia lebih lanjut.

Baca juga: Putin: Negosiasi damai Rusia, Ukraina semakin sulit seiring waktu
Baca juga: Gempuran Rusia di stasiun Ukraina tewaskan sedikitnya 15 orang
Baca juga: Zelenskyy peringatkan NATO bahwa Rusia ingin mengatur tatanan dunia

Pewarta: Katriana
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2022