Kebaya Goes to UNESCO merupakan kampanye yang diselenggarakan oleh para komunitas pecinta kebaya guna mendorong masuknya kebaya sebagai warisan budaya tak benda di Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
"Bagi seorang perempuan, berkebaya tidak saja untuk mengartikulasikan dirinya melalui pakaian, tetapi juga memiliki makna yang lebih luas mulai dari wujud identitas hingga kecintaan pada budaya bangsa," katanya dalam pernyataan yang diterima ANTARA, Selasa.
Jaleswari menilai bahwa kebaya merupakan bagian tak terpisahkan dari identitas perempuan Indonesia dan tak lekang oleh zaman.
Baca juga: Dukung kebaya goes to UNESCO, komunitas gelar Kebaya Berdansa
Menurut Jaleswari, gaung Kebaya Goes to UNESCO sejalan dengan perspektif pemerintah pada misi bersama dalam menjaga kepemilikan serta menduniakan kebaya, apalagi saat ini Indonesia tengah berada pada puncak kepemimpinan global. Momentum ini dirasa sangat pas untuk memperkenalkan budaya Indonesia pada dunia.
"Indonesia tengah berada pada puncak kepemimpinan global, Indonesia mendapatkan kedudukan strategis dalam tataran regional maupun internasional. Untuk itu saya rasa mendapatkan pengakuan dari UNESCO atas kebaya sebagai warisan budaya tak benda dari Indonesia merupakan langkah holistik yang harus terus kita upayakan dalam mendukung penguatan soft power Indonesia," katanya.
Dalam rangkaian mendukung Kebaya Goes to UNESCO, ratusan perempuan dari berbagai komunitas yang tergabung dalam koalisi tradisikebaya.id belum lama ini menari dan berdansa dalam acara Kebaya Berdansa yang berlangsung di Jakarta Barat.
Karlina Puspa, Ketua Umum Forum Bhinneka Indonesia (FORBHIN) mengaku tidak menyangka animo masyarakat sangat besar. Hal ini ditandai dengan banyaknya perempuan berkebaya yang datang di acara Kebaya Berdansa tersebut.
"Hari ini senang sekali ya, ramai di luar dugaan semuanya bergembira dan semuanya memakai kebaya. Dan kebaya ternyata sangat luwes bisa dipakai di event apa saja. Harapannya ke depan ayo kita bersama-sama memperjuangkan sampai ke UNESCO dan kebaya menjadi sah milik Indonesia menjadi ciri khas dan identitas perempuan Indonesia, kebaya adalah Indonesia," katanya.
Ketua Umum Asosiasi Komunitas Musisi Indie Kreatif (ASKOMIK) Gatut Suryo juga mengaku senang dengan keberhasilan acara Kebaya Berdansa. Menurutnya, kebaya bisa dipadukan dengan jenis musik apa pun, dan bisa digunakan di kegiatan mana pun.
"Kebaya itu dari dulu sebenarnya dari zaman nenek moyang kita itu sudah di pakai di kegiatan apa saja sehari hari, jadi sampai berdansa pun. Nah sekarang ini begitu banyak anak-anak muda sebenarnya sudah mulai dengan gaya-gaya kebaya yang sporty, modis itu kebaya bisa dipakai di mana saja. Jadi kebaya itu tetap masuk ke semua genre," kata Gatut.
Silviyanti Dwi Aryati selaku Asst. Marcomm & Relations General Manager Central Park dan Neo Soho Mall mengaku sangat senang dan ikut mendukung Gerakan Kebaya Goes to UNESCO lewat berbagai kegiatan yang diselenggarakan di Central Park.
"Kebaya Berdansa adalah salah satu gerakan mendukung kampanye Kebaya Goes To Unesco yang juga termasuk dalam rangkaian besar Central Park dan Neo Soho Mall selama bulan Agustus 2022 dengan tujuan agar dunia mengetahui bahwa Kebaya milik Indonesia dan identitas perempuan Indonesia," ungkapnya.
Acara Kebaya Berdansa di inisiasi bersama yang terdiri dari FORBHIN, ASKOMIK, Kamar Musik Nusantara (KMN), Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI), Universal Line Dance (ULD), Yayasan Budaya Nusantara Digital (YBND) dan juga Central Park.
Baca juga: Roemah Kebaya kenalkan koleksi "Talavera" untuk ajang Paris Front Row
Baca juga: Komunitas harapkan pengajuan kebaya ke UNESCO melalui "single nation"
Baca juga: PANDI luncurkan laman dukung kebaya jadi warisan dunia
Pewarta: Suryanto
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022