• Beranda
  • Berita
  • Menko Luhut minta dukungan global agar RI bisa pimpin transisi energi

Menko Luhut minta dukungan global agar RI bisa pimpin transisi energi

1 September 2022 19:12 WIB
Menko Luhut minta dukungan global agar RI bisa pimpin transisi energi
Tangkapan layar - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dalam Tri Hita Karana (THK) Forum Climate Road to G20 Dialogue yang digelar di Bali, Kamis (1/9/2022). ANTARA/Ade Irma Junida/pri.

Untuk bisa mencapai hal itu, dibutuhkan dukungan dari para pemimpin global untuk membuka modal, teknologi dan kapasitas SDM

Menteri Koordinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan meminta dukungan para pemimpin global agar Indonesia bisa memimpin transisi menuju energi terbarukan.

Dalam Tri Hita Karana (THK) Forum Climate Road to G20 Dialogue yang dipantau secara daring di Jakarta, Kamis, Menko Luhut Pandjaitan menyebut percepatan transisi ke sistem energi terbarukan harus segera dilakukan sehingga butuh dukungan kuat secara global.

"Untuk bisa mencapai hal itu, dibutuhkan dukungan dari para pemimpin global untuk membuka modal, teknologi dan kapasitas SDM. Saat ini adalah dekade untuk bertindak, saya berharap kepemimpinan Indonesia di G20 dapat mewujudkan ini baik untuk Indonesia maupun dunia," katanya.

Menko Luhut yang juga Co-host THK Forum mengatakan target komitmen untuk menghadapi perubahan iklim di bawah Perjanjian Paris dan Sustainable Development Goals (SDGs) kurang dari satu dekade lagi.

Indonesia telah meratifikasi Perjanjian Paris di New York pada 22 April 2016, dimana Indonesia berkomitmen untuk melakukan upaya menurunkan emisi gas rumah kaca dan bergerak aktif mencegah terjadinya perubahan iklim.

Baca juga: Pemerintah ajak pelaku bisnis berinvestasi pada sektor energi bersih

Indonesia melalui Nationally Determined Contribution (NDC) berkomitmen untuk memitigasi perubahan iklim dengan rencana penurunan emisi hingga tahun 2030 sebesar 29 persen sampai dengan 41 persen bila dengan dukungan internasional pada 2030.

"Target kami, Indonesia, pada tahun 2030, saya pikir kami memiliki setidaknya 21 gigawatt (GW) energi terbarukan di negara ini," kata Menko Luhut Pandjaitan.

Namun ia juga mengingatkan bahwa untuk mendukung implementasinya, Indonesia membutuhkan industri untuk bisa didukung. "Tapi kita perlu juga sekaligus industri untuk itu. Kami tidak ingin hanya membangun energi terbarukan dan tidak ada industri," katanya.

Menko Luhut mengatakan Pemerintah Indonesia akan menentukan percepatan transisi energi yang bisa ikut mendukung penciptaan tenaga kerja, serta mendukung udara yang lebih bersih dan sehat.

Ia mengemukakan sejumlah langkah yang dilakukan Indonesia untuk mendorong percepatan transisi energi, mulai dari pengembangan dan penggunaan kendaraan listrik, hingga B40.

Baca juga: Kementerian ESDM uji jalan kendaraan diesel berbahan bakar B40

Ia meyakini pada 2030, saat tenggat waktu Perjanjian Paris tiba, Indonesia akan jauh lebih baik lagi dari saat ini.

"Dalam delapan tahun, kita bisa melihat Indonesia jauh lebih baik dari hari ini. Saya berjanji Pak John," katanya seraya berjanji kepada John Kerry, Utusan Khusus Amerika Serikat (AS) untuk Urusan Iklim, yang juga hadir secara fisik dalam forum tersebut.

Di sisi lain Menko Luhut mengungkapkan Pemerintah Indonesia akan mengembangkan mekanisme pembiayaan untuk mempensiunkan bahan bakar fosil serta melembagakan pembiayaan transfer teknologi guna memastikan agar transfer teknologi dan pembiayaan bisa terus berlanjut.

"Pendanaan campuran (blended finance) menjadi platform untuk mendorong penggunaan pendanaan resmi untuk mendukung investasi swasta dan jadi clearinghouse bagi proyek investasi berkelanjutan," kata Menko Luhut Pandjaitan.

Baca juga: Kemenkeu: PLTU berbasis batu bara pensiun dini mulai 2030

Pewarta: Ade irma Junida
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022