• Beranda
  • Berita
  • BNPB: Sejumlah faktor pengaruhi penurunan kemampuan DAS di Bengkulu

BNPB: Sejumlah faktor pengaruhi penurunan kemampuan DAS di Bengkulu

6 September 2022 15:56 WIB
BNPB: Sejumlah faktor pengaruhi penurunan kemampuan DAS di Bengkulu
Tangkapan layar - Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing di Jakarta, Senin (5/9/2022). (ANTARA/Devi Nindy)
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut terdapat sejumlah faktor yang mempengaruhi penurunan kemampuan serapan air di daerah aliran sungai (DAS) di Provinsi Bengkulu.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam siaran daring diikuti di Jakarta, Selasa, menyebut beberapa lokasi terjadinya banjir saat ini, bukan di wilayah yang seringkali terdampak.

Sejumlah masalah yang mempengaruhi, di antaranya penurunan kualitas air, aktivitas pertambangan dan perkebunan serta pengelolaan sub DAS dari Danau Dendam Tak Sudah, yang mana kualitas ekosistem di danau itu makin menurun, karena adanya sedimen lumpur masuk dari aliran sungai.

Baca juga: BPBD minta wilayah terdampak banjir Bengkulu segera tetapkan status

Akibatnya, sedimen tersebut menjadi kontaminan di dasar danau yang menyebabkan kualitas ekosistem di danau ini makin menurun.

Menurut Abdul, perlu dilakukan perbaikan DAS di Bengkulu dengan pola-pola yang sudah ada, seperti penanaman pohon di sekitar DAS.

Dia menjelaskan di sekitar DAS Danau Dendam Tak Sudah, Air Rindu Hati, Air Siring, dan Air Napal, terdapat situs-situs penambangan, yang tentu saja mempengaruhi kemampuan optimal DAS sebagai daerah tangkapan air atau daerah serapan air.

"Kalau kita bicara DAS, 30 persen dari keseluruhan DAS itu haruslah hutan, itu minimal sebenarnya. Tapi, kalau misalkan kita sudah tidak mampu mencapai 30 persen itu, secara otomatis pasti akan ada dampaknya, baik itu di tengah maupun di hilir," ujar Abdul.

Abdul menjelaskan begitu di hulu sudah banyak perubahan tata guna lahan, perubahan alih fungsi, yang dulunya hutan menjadi daerah pertambangan, secara otomatis sedimen-sedimen yang sudah tidak lagi dilindungi pohon, begitu air hujan mengalir lumpurnya akan mengalir ke sungai dan tidak bisa menahan lagi. Akumulasinya dapat menumpuk di sepanjang aliran sungai maupun di danau.

Abdul menjelaskan bencana hidrometeorologi basah tidak lepas dari aktivitas manusia. Ia menekankan perlu mempertimbangkan kesetimbangannya saat bentang alam dipergunakan untuk aktivitas ekonomi.

Baca juga: Kerugian banjir di tujuh wilayah Bengkulu mencapai Rp148 miliar

Baca juga: Korban banjir Bengkulu sediakan rakit ojek bantu pengendara melintas


"Misalkan, kalau ada di satu tempat dalam DAS kita konversi menjadi aktivitas ekonomi, artinya ada tempat lain yang mungkin belum optimal itu kita optimalkan. Sehingga, proporsi 30 persen minimal dari DAS adalah hutan bisa tetap terjaga," ujar dia.

Sebelumnya, tiga dari delapan wilayah yang terdampak banjir menetapkan status tanggap darurat di Provinsi Bengkulu, yaitu Kota Bengkulu, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Mukomuko.

Saat ini hanya Kabupaten Bengkulu Utara dan Kota Bengkulu yang mendapat bantuan dana siap pakai masing-masing sebesar Rp250 juta dan bantuan bahan kebutuhan dasar masing-masing Rp100 juta.

Banjir yang terjadi di delapan wilayah di Provinsi Bengkulu sejak beberapa hari lalu menimbulkan kerugian yang diperkirakan mencapai Rp171 miliar

Pewarta: Devi Nindy Sari Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022