Iwan di Pulau Untung Jawa, Kepulauan Seribu, Rabu, mengatakan pengolahan sampah di wilayahnya dalam lima tahun terakhir menggunakan mesin pencacah, mesin pengubah sampah jadi bahan bakar solar (pirolisis), dan mekanisme penguraian sampah menggunakan larva lalat (maggot).
Baca juga: Kepulauan Seribu bangun dermaga kapal sampah di selatan Pulau Panggang
Namun, beberapa teknologi yang sudah diterapkan tersebut hanya bisa mengolah sampah organik dan non organik sebesar 30 persen dari total sampah secara keseluruhan setiap harinya, tidak termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Di sisi lain, 70 persen sampah di Kepulauan Seribu mesti dikirim ke daratan Jakarta, termasuk limbah B3 menggunakan kapal pengangkut sampah Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta.
Iwan menuturkan pengelolaan limbah B3 memiliki kekhususan dalam hal pemeriksaan maupun pengamanan. Seperti, barang bekas rumah sakit dan puskesmas, bekas tempat atau kaleng cat yang dibuang pada tempat khusus.
Baca juga: Pelindo II bantu pengolahan sampah di Kepulauan Seribu
"Belum ada penampungan sampah B3 di Kepulauan Seribu karena untuk DKI saja tempat penampungan khusus B3 itu baru ada di Cibinong," ujar Iwan.
Setiap hari, sembilan kapal pengangkut sampah Dinas LH DKI Jakarta bergerak pada 11 pulau pemukiman untuk membawa sekitar tiga hingga empat ton sampah per pekan ke daratan Jakarta melalui jalur laut.
Nantinya, sampah tersebut diarahkan lewat jalur darat ke Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang milik unit pengelola sampah terpadu Dinas LH DKI Jakarta di Bekasi, Jawa Barat.
Baca juga: Warga Pulau Kelapa dan Harapan dilatih kelola bank sampah
Pewarta: Abdu Faisal
Editor: Taufik Ridwan
Copyright © ANTARA 2022